-->

SANTA PERAWAN MARIA : BUNDA KERAHIMAN

 SANTA PERAWAN MARIA :

BUNDA KERAHIMAN


“Aku bukan saja Ratu Surga, melainkan juga Bunda Kerahiman dan Bunda-mu (BHSF 330)….”

“Aku Bunda bagi kalian semua, syukur kepada kerahiman Allah yang tak terselami (BHSF 449) 


“Salam Ratu Tersuci, Bunda Kerahiman….” 

Selama berabad-abad umat beriman menyapa Bunda Maria dengan gelar ini, dan sekarang, pada abad modern, Paus Yohanes Paulus II menghadirkan kembali di hadapan kita pentingnya peran unik Bunda Maria dalam rencana belas kasih Allah yang kekal. 

Dalam ensikliknya, Dives In Misericordia, Bapa Suci menyisihkan satu bagian yang sepenuhnya dipersembahkan kepada Santa Perawan Maria “Bunda Kerahiman”. Dialah, menurut Bapa Suci, yang memiliki pemahaman paling mendalam akan kerahiman ilahi, dialah yang, lebih dari segala manusia lainnya, layak dan pantas menerima kerahiman Allah. Dipanggil dengan suatu cara yang istimewa untuk ikut ambil bagian dalam misi Putranya dalam menyatakan kasih-Nya, Bunda Maria tak kunjung henti mewartakan kerahiman-Nya “dari generasi ke generasi”. 

Bagi St Faustina, Bunda Maria adalah sumber belas kasih Allah yang tak habis-habisnya, sebagai bunda, pelindung, guru, dan perantara. Dari Santa Perawan, ia menerima karunia kemurnian yang istimewa, kekuatan dalam penderitaan, dan pengajaran-pengajaran yang tak terhitung banyaknya mengenai kehidupan rohani. 


“Bunda Maria adalah instrukturku,” tulis St Faustina, “yang senantiasa mengajariku bagaimana hidup bagi Tuhan (BHSF 620)…. 

Semakin aku meneladani Bunda Allah, semakin aku mengenal Allah secara lebih mendalam (BHSF 843) 

sebelum setiap Komuni Kudus, dengan sungguh aku mohon Bunda Allah untuk menolong mempersiapkan jiwaku bagi kedatangan Putranya (BHSF 114)…. 

Bunda Maria mengajarkan kepadaku bagaimana mengasihi Tuhan dari lubuk hati yang terdalam dan bagaimana melaksanakan kehendak-Nya yang kudus dalam segala hal (BHSF 40)…. 

O Bunda Maria, Bunda-ku, aku menempatkan segalanya dalam tanganmu (BHSF 79)…. 

Engkaulah sukacita, sebab melalui engkau, Allah turun ke dalam dunia (dan) ke dalam hatiku (BHSF 40).”