-->

Catatan Harian St.Faustina: 1151- 1200

 


KERAHIMAN ILAHI DALAM JIWAKU

Buku Catatan Harian Abdi Allah

Santa Maria Faustina Kowalska

anggota Kaul Kekal dari

Kongregasi Santa Perawan Maria Berbelas Kasih

 

Buku 3

Catatan Harian : 1151 - 1200

 

(1151) 

Ketika kepedihan meliputi jiwaku, dan cakrawala menjadi kelam laksana malam, dan hati tercabik-cabik oleh siksa penderitaan, Engkaulah kekuatanku, ya Yesus yang tersalib. Ketika jiwa, yang pudar karena penderitaan, terjun dalam pertempuran yang tanpa henti, dan hati hanyut dalam siksa serta sakratulmaut, Engkaulah harapan keselamatanku, ya Yesus yang tersalib. 

Demikianlah hari-hari berlalu; Ketika jiwa tenggelam dalam lautan kepahitan, dan hati hanyut dalam luapan air mata, Engkau bersinar bagiku laksana fajar, ya Yesus yang tersalib. 

Ketika piala kepahitan mulai meluap, dan segala sesuatu bersekongkol melawan dia, dan jiwa itu turun ke Taman Getsemani. Engkaulah pembelaku, ya Yesus yang tersalib. 

Ketika jiwa, yang sadar akan kesuciannya, menerima cobaan yang dibiarkan oleh Allah, hati dapat memulihkan luka-lukanya dengan cinta. Ya Yesus yang tersalib, ubahlah kelemahanku menjadi daya yang mahakuat! 

(1152) 

Bukanlah hal yang mudah untuk menanggung penderitaan dengan sukacita, khususnya penderitaan yang terjadi tanpa kesalahan pribadi. Kodrat yang telah jatuh itu terus menerus memberontak. Memang, akal budi dan kehendak dapat mengatasi penderitaan karena mereka mampu berbuat baik kepada orang lain yang menimpakan penderitaan ke atas mereka. Tetapi, emosi terus bergejolak dan seperti roh yang tak pernah beristirahat, emosi itu menyerang akal budi dan kehendak. Tetapi, ketika emosi itu menyadari bahwa ia tidak mampu melakukan suatu pun dari dirinya sendiri, ia menjadi lunglai dan menyerah kepada akal budi serta kehendak. Seperti hantu yang menakutkan, emosi terus menyerbu dan menimbulkan kekacauan besar, untuk memaksa orang hanya patuh kepadanya agar tidak dikendalikan oleh akal budi serta kehendak. 

(1153) 

23 Juni 1937 

Ketika aku sedang berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus, penderitaan-penderitaan fisikku tiba-tiba lenyap, dan aku mendengar kata-kata ini di dalam jiwaku, 

“Engkau lihat, dalam sekejap Aku dapat memberikan segala sesuatu kepadamu. Aku tidak dibelenggu oleh hukum apa pun.” 

24 Juni 1937 

Sesudah komuni kudus, aku mendengar kata-kata ini, 

“Ketahuilah, Putri-Ku, bahwa dalam sekejap Aku dapat memberikan kepadamu segala sesuatu yang engkau butuhkan untuk memenuhi tugas ini.” 

Sesudah kata-kata itu, suatu terang yang luar biasa memenuhi jiwaku, dan semua permintaan Allah tampak sedemikian sederhana, bahkan seorang anak kecil pun dapat melaksanakannya. 

(1154) 

27 Juni 1937 

Hari ini, aku melihat biara Kongregasi yang baru. Biara itu besar dan luas. Aku menjelajah dari kamar yang satu ke kamar yang lain, sambil mengamati sesuatu. Aku melihat bahwa penyelenggaraan Allah telah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Orang-orang yang tinggal di biara ini masih mengenakan pakaian awam, tetapi semangat yang sungguh religius meraja di sana, dan aku mengatur segala sesuatu sama seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Tiba-tiba, aku mendengar salam seorang suster kami mengomel, “Suster, bagaimana engkau dapat melaksanakan pekerjaan seperti itu?” Aku menjawab bahwa bukan aku melaksanakan pekerjaan ini, tetapi Tuhanlah yang sedang bekerja melalui aku, dan aku memiliki izin untuk melakukan segala sesuatu. Dalam misa, aku menerima terang dan pemahaman yang mendalam mengenai seluruh karya ini, dan tidak ada bayangan keragu-raguan sedikit pun dalam jiwaku. 

(1155) 

Tuhan memberiku pengetahuan tentang kehendak-Nya dalam tiga kelompok, katakanlah demikian, tetapi semuanya berpadu menjadi satu. 

  • Yang pertama adalah jiwa-jiwa yang dipisahkan dari dunia; mereka ini akan dibakar sebagai suatu persembahan di hadapan takhta Allah; mereka akan memohon kerahiman bagi seluruh dunia ...; lewat permohonan-permohonan, mereka akan memperoleh berkat bagi para imam, dan lewat doa-doa, mereka mempersiapakan dunia untuk menyambut kedatangan Yesus yang terakhir. 

(1156) 

  • Yang kedua adalah jiwa-jiwa yang harus melaksanakan doa yang dipadukan dengan olah kerahiman. Khususnya, mereka akan membela jiwa anak-anak melawan roh jahat. Doa dan olah kerahiman mencakup segala sesuatu yang harus dilakukan oleh jiwa-jiwa itu, dan orang-orang yang paling miskin pun dapat dimasukkan ke dalam kelompok. Dalam dunia yang egois ini, mereka akan berusaha membangkitkan kasih, kerahiman Yesus. 

(1157) 

  • Yang ketiga adalah orang-orang yang melaksanakan doa dan perbuatan belas kasih, tanpa kewajiban untuk mengikrarkan kaul. Tetapi, dengan melakukan hal ini, orang-orang itu akan memiliki bagian dalam pahala dan karunia khusus seluruh [Kongregasi]. Setiap orang di dunia dapat masuk dalam kelompok ini. 

(1158) 

Anggota dari kelompok ini harus melakukan sekurang-kurangnya satu perbuatan belas kasih dalam sehari; sekurang-kurangnya satu, tetapi dapat lebih banyak karena perbuatan-perbuatan seperti ini dengan mudah dapat dilakukan oleh siapa pun, bahkan yang paling miskin sekalipun. Ada tiga cara untuk melaksanakan perbuatan belas kasih: 

  • pertama, lewat kata-kata belas kasih, yakni dengan menyampaikan kata-kata pengampunan dan penghiburan;
  • kedua, kalau engkau tidak dapat menyampaikan kata-kata belas kasih, maka berdoalah, dan ini pun merupakan suatu perbuatan belas kasih; dan
  • ketiga, perbuatan belas kasih. Apabila Hari Terakhir tiba, kita akan dihakimi atas dasar perbuatan belas kasih, dan atas dasar ini kita akan menerima ketetapan yang kekal. 

(1159) 

Pintu kerahiman Allah sudah dibuka bagi kita. Marilah kita mengambil manfaat darinya sebelum hari penghakiman Allah tiba karena hari itu akan menjadi hari yang mengerikan! 

(1160) 

Pernah, aku bertanya kepada Tuhan Yesus bagaimana Ia dapat membiarkan begitu banyak dosa dan kejahatan dan tidak menghukumnya. Ketika itu, Tuhan menjawab aku, 

“Aku memiliki kesempatan yang tak terbatas untuk menghukum [orang-orang itu]; karena itu, Aku memperpanjang masa kerahiman bagi mereka. Tetapi, celakalah mereka kalau mereka tidak menyadari masa kunjungan-Ku ini. Putri-Ku, juru tulis kerahiman-Ku, tugasmu tidak hanya menulis mengenai kerahiman-Ku dan mewartakannya, tetapi juga memohon rahmat ini bagi mereka, supaya mereka pun dapat memuliakan kerahiman-Ku.” 

(1161) 

Hari ini, jiwaku mengalami penderitaan begitu besar sehingga aku mulai mengeluh kepada Tuhan Yesus, 

“Yesus, bagaimana Engkau dapat meninggalkan aku sendirian? Dari diriku sendiri, aku bahkan tidak dapat melangkah setapak pun. Engkau telah mengambil bapak pengakuanku, dan Engkau sendiri menyembunyikan diri dariku. Sungguh, Engkau tahu, ya Yesus, bahwa dari diriku sendiri, aku tidak mampu melakukan apa pun selain menyia-nyiakan rahmat-Mu. Yesus, Engkau harus mengatur segala sesuatu supaya Pastor Andrasz kembali,” 

Tetapi, penderitaanku terus berlanjut. 

(1162) 

Aku merasa harus pergi kepada seorang imam dan mengatakan kepadanya, baik kepedihanku maupun berbagai ilham batinku, agar ia dapat membantu aku memecahkannya. Maka, aku menyampaikan gagasan ini kepada Muder Superior. Muder menjawab, 

“Aku paham, Suster, bahwa engkau sedang mengalami suatu masa yang sulit, tetapi untuk sekarang, aku sungguh tidak mengenal seorang imam pun yang cocok bagimu. Bagaimana pun juga, Pastor Andrasz akan segera kembali. Maka, untuk sekarang, pergilah kepada Tuhan Yesus dan katakan semuanya kepada-Nya.” 

(1163) 

Ketika aku pergi untuk berbicara dengan Tuhan sejenak, aku mendengar suara ini dalam jiwaku, 

“Putri-Ku, Aku tidak akan memberimu rahmat untuk mengungkapkan dirimu kepada orang lain. Kalau engkau nekat, Aku tidak akan memberikan kepada imam itu rahmat yang ia perlukan untuk memahamimu. Pada saat ini, Aku memang menginginkan agar engkau bersikap sabar. Putri-Ku, Aku tidak menghendaki bahwa engkau menceritakan kepada setiap orang anugerah-anugerah yang telah Kuberikan kepadamu. Aku telah mempercayakan engkau pada asuhan sahabat Hati-Ku; di bawah bimbingannya, jiwamu akan berkembang. Aku telah memberi dia terang untuk mengenali hidup-Ku di dalam jiwamu.” 

(1164) 

“Putri-Ku, ketika dihadapkan kepada Herodes, Aku menyiapkan suatu rahmat bagimu, yakni supaya engkau mampu bangkit mengatasi cemohan manusia dan dengan setia mengikuti langkah-langkah kaki-Ku. Diamlah kalau mereka tidak mau menerima kebenaranmu sebab dengan demikian engkau justru berbicara lebih lantang.”

(1165) 

“Ketahuilah ini, Putri-Ku, kalau engkau berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi sempurna, engkau akan menyucikan banyak jiwa. Tetapi, kalau engkau tidak berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi suci, banyak jiwa akan tetap tidak sempurna. Ketahuilah bahwa kesempurnaan mereka akan bergantung pada kesempurnaanmu, dan tanggung jawab yang lebih besar untuk jiwa-jiwa ini akan dibebankan padamu.” 

(1166) 

Kemudian Ia berkata kepadaku, 

“Jangan takut, Anak-Ku; tetaplah setia hanya kepada rahmat-Ku ...” 

(1167) 

Setan telah menyatakan kepadaku bahwa akulah sasaran kebenciannya. Ia berkata, 

“Kepedihanku karena selamatnya seribu jiwa lebih ringan daripada kepedihanku karena pewartaanmu tentang kerahiman Allah yang Mahakuasa. Para pendosa yang paling jahat kini memperoleh kembali pengharapan dan berbalik kepada Allah, sementara aku kehilangan segala sesuatu. Lebih dari itu, dengan kerahiman Sang Mahakuasa yang tak terbatas itu, engkau sungguh-sungguh menganiaya aku.” 

Aku mencatat betapa setan sangat membenci Kerahiman Allah. Ia tidak mau mengakui bahwa Allah itu baik. 

(1168) 

29 Juni 1937 

Hari ini, sementara sarapan, Pastor Andrasz memberi salam kepada seluruh komunitas lewat telepon. Ia sudah kembali [dari Roma], dan siang ini akan mengunjungi kami. Para suster yang sudah mengikrarkan kaul, para novis, dan kedua kelompok siswi berhimpun di lapangan [tempat olah raga para siswi di depan gedung], menantikan Pastor kami yang tercinta. Anak-anak menyambut dia dengan nyayian dan puisi. Kemudian, kami minta ia bercerita mengenai Roma dan banyak hal dari dua jam dan karena itu, tidak ada waktu lagi untuk percakapan pribadinya. 

(1169) 

Hari ini, jiwaku masuk ke dalam kesatuan erat dengan Tuhan. Ia membuat aku memahami bagaimana aku harus selalu menyerahkan diri kepada kehendak kudus-Nya, 

“Dalam sekejap, Aku dapat memberi kepadamu lebih banyak daripada yang dapat engkau inginkan.” 

(1170) 

30 Juni 1937 

Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, 

“Sudah sering Aku ingin mengangkat Kongregasi ini, tetapi Aku tidak mampu melakukannya karena kesombongannya. Ketahuilah, Putri-Ku, bahwa Aku tidak akan memberikan rahmat-Mu, kepada jiwa-jiwa yang sombong; malah rahmat yang sudah Kuberikan pun akan Kuambil kembali dari mereka.” 

(1171) 

Hari ini, Suster Jolanta minta aku membuat kesepakatan dengan dia: ia akan mendoakan aku, dan aku harus mendoakan siswi-siswi kelasnya di Vilnius. Dari pihakku, aku selalu berdoa untuk karya kami. Tetapi untuk kali ini, aku memutuskan untuk mendoakan kelas di Vilnius itu selama dua bulan, sementara Suster Jolanta setiap hari akan mendaras tiga Salam Maria kepada Sang Sabda yang Menjelma untuk ujud agar aku dapat memetik manfaat dari rahmat Allah. Dengan ini, persahabatan kami telah dipererat. 

(1172) 

1 Juli 1937 

Bulan Juli

Hari ini, waktu [doa] Malaikat Tuhan, Tuhan memperlihatkan kepadaku kasih Allah yang tak terselami terhadap umat manusia. Allah mengangkat kita menjadi ilahi. Pendorongnya tidak lain adalah kasih dan kerahiman-Nya yang tak terhingga. Memang misteri itu Kauberitahukan kepada kami lewat seorang malaikat, tetapi Engkau sendirilah yang melaksanakannya. 

(1173) 

Jiwaku sedang menikmati damai yang sungguh teduh. Meskipun demikian, aku terus-menerus berjuang, dan sering kali aku terlibat dalam peperangan yang amat sengit untuk tetap setia menyusuri jalanku, yakni jalan yang dikehendaki Tuhan Yesus bagiku. Dan jalanku itu adalah jalan kesetiaan kepada kehendak Allah dalam apa saja dan kapan saja, khususnya kesetiaan kepada bisikan-bisikan batin agar aku dapat menjadi alat yang selalu siap di tangan Allah untuk melaksanakan karya kerahiman-Nya yang tak terbatas. 

(1174) 

4 Juli 1937 

Minggu Pertama dalam Bulan. 

Retret Bulanan 

Petang ini, dengan saksama aku mempersiapkan diri dan berdoa lama kepada Roh Kudus agar Ia berkenan memberikan terang-Nya kepadaku dan menempatkan aku di bawah bimbingan-Nya yang istimewa; [aku berdoa] juga kepada Bunda kita, kepada Malaikat Pelindungku, dan kepada para santo/santa pelindung kami. 

(1175)                    

Buah Meditasi 

Apa pun yang dilakukan Yesus, dilakukan-Nya dengan baik. Ia pergi ke mana-mana sambil berbuat baik. Cara kerja-Nya penuh dengan kebaikan dan kerahiman. Langkah-langkah-Nya dituntun oleh belas kasih. Terhadap musuh-musuh-Nya, Ia menunjukkan kebaikan, kasih sayang, serta pengertian, dan kepada orang-orang yang membutuhkan, Ia memberikan pertolongan dan penghiburan. 

Dalam bulan ini, aku memutuskan untuk dengan setia meneladani ciri-ciri Yesus ini, biarpun ini menuntut banyak pengurbanan dariku. 

(1176) 

Di tengah adorasi, aku mendengar suara dalam jiwaku, 

“Putri-Ku, usaha-usahamu ini menyenangkan Hati-Ku; semuanya merupakan kesukaan Hati-Ku. Aku menyaksikan setiap gerak hatimu yang memuliakan Aku.” 

(1177) 

Keputusan Khusus 

Keputusannya tetap sama: menyatukan diri dengan Kristus yang maharahim. Demi Sengsara-Nya yang pedih, aku memohon kerahiman kepada Bapa surgawi bagi seluruh dunia. Peraturan yang terpenting adalah mematuhi silentium secara ketat.

Aku harus memasuki kedalaman hidupku dan bersyukur kepada Allah atas segala sesuatu, sambil menyatukan diriku dengan Yesus. Bersama Dia, dalam Dia, dan lewat Dia aku memuliakan Allah. 

(1178) 

O Tuhan, Kasihku, aku bersyukur atas hari ini karena Engkau telah mengizinkan aku menimba kelimpahan rahmat dari sumber kerahiman-Mu yang tiada tara. 

O Yesus, tidak hanya hari ini, tetapi setiap saat, aku menimba dari kerahiman-Mu yang tiada tara segala sesuatu yang dapat diharapkan oleh jiwa dan raga. 

(1179) 

7 Juli 1937 

Pada saat dirundung keragu-raguan, yakni ketika jiwa menjadi lemah, biarlah ia minta agar Yesus sendiri bertindak. Meskipun ia tahu bahwa ia harus bertindak dengan rahmat Allah, toh, pada saat-saat tertentu, lebih baik menyerahkan segala kegiatan kepada Allah. 

(1180) 

15 Juli 1937 

Pernah, aku tahu bahwa aku akan dipindahkan ke rumah lain. Pengetahuanku ini sungguh-sungguh pegetahuan batin. Pada saat yang sama, aku mendengar suatu suara di dalam jiwaku, 

“Jangan takut, Putri-Ku; Aku menghendaki bahwa engkau akan tetap tinggal di sini. Rencana-rencana manusia akan gugur karena semua itu harus selaras dengan kehendak-Ku.” 

(1181) 

Ketika aku berada di dekat Tuhan, Ia berkata kepadaku, 

“Mengapa engkau begitu takut untuk memulai karya yang telah Aku perintahkan kepadamu supaya engkau laksanakan?” 

Aku menjawab, 

“Mengapa pada saat-saat seperti itu Engkau meninggalkan aku sendirian, ya Yesus, dan mengapa aku tidak merasakan kehadiran-Mu?” 

“Putri-Ku, memang engkau tidak merasakan kehadiran-Ku dalam lubuk hatimu yang paling tersembunyi. Tetapi, engkau tidak dapat berkata bahwa Aku tidak ada di sana. Aku hanya menghapus kesadaran akan kehadiran-Ku; hendaknya hal ini tidak menjadi halangan bagimu untuk melaksanakan kehendak-Ku. Aku melakukan hal ini untuk mencapai tujuan-tujuan-Ku yang tiada tara, yang baru akan engkau ketahui kemudian.” 

“Putri-Ku, ketahuilah, dan sekali untuk selama-lamanya bahwa hanya dosa beratlah yang mengusir Aku keluar dari suatu jiwa; tidak ada yang lain.” 

(1182) 

Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, 

“Putri-Ku, kenikmatan dan sukacita-Ku, tidak ada suatu pun yang akan menghentikan Aku memberikan rahmat kepadamu. Kepapaanmu tidak menghalangi kerahiman-Ku. Putri-Ku, tulislah bahwa semakin besar kepapaan suatu jiwa, makin besarlah haknya untuk memperoleh kerahiman-Ku; [desaklah] semua jiwa untuk percaya akan lubuk kerahiman-Ku yang tak terpahami sebab Aku ingin menyelamatkan semua orang. Pada salib, sumber kerahiman-Ku dibuka lebar-lebar bagi semua jiwa oleh tikaman tombak - tidak satu jiwa pun dikucilkan!” 

(1183) 

O Yesus, aku ingin menjalani saat ini seolah-olah hari terakhir dalam hidupku. Aku ingin menggunakan setiap saat dengan saksama demi semakin besarnya kemuliaan Allah; aku ingin menggunakan setiap situasi agar sungguh bermanfaat bagi jiwaku. Aku ingin memandang segala sesuatu dengan pandangan bahwa tidak suatu pun terjadi tanpa dikehendaki oleh Allah. 

Allah kerahiman yang tak terselami, rengkuhlah seluruh dunia dan lewat Hati Yesus yang Maharahim, curahkanlah diri-Mu sendiri atas kami. 

(1184) 

Tentang pengalaman yang lebih awal. 

Pada petang hari, aku melihat Tuhan Yesus bergantung pada kayu salib. Dari tangan, kaki, dan lambung-Nya, mengalirlah Darah-Nya yang Mahakudus. Tidak lama kemudian, Yesus berkata kepadaku, 

“Semua ini untuk keselamatan jiwa-jiwa. Perhatikan baik-baik, Putri-Ku, apa yang engkau lakukan demi keselamatan mereka?” 

Aku menjawab, 

“Yesus, ketika aku menyaksikan penderitaan-Mu, aku tahu bahwa aku hampir tidak melakukan suatu pun untuk keselamatan jiwa-jiwa.” 

Dan Tuhan berkata kepadaku, 

“Ketahuilah, Putri-Ku, bahwa kemartiranmu yang tersembunyi, yang engkau alami hari demi hari dalam kepatuhan total kepada kehendak-Ku akan mengantar banyak jiwa ke dalam surga. Kalau engkau merasakan bahwa penderitaanmu itu melampaui kekuatanmu, pandanglah luka-luka-Ku, dan engkau akan bangkit di atas cemooh dan penghakiman manusia. Renungan mengenai Sengsara-Ku akan membantu engkau bangkit mengatasi segala sesuatu.” 

Aku memahami banyak hal yang sebelumnya tidak mampu aku pahami. 

(1185) 

9 Juli 1937 

Petang ini, salah seorang suster yang sudah meninggal datang kepadaku dan meminta agar aku melaksanakan puasa satu hari dan mempersembahkan semua latihan [rohani]ku pada hari itu baginya. Aku menjawab bahwa aku akan melakukannya. 

(1186) 

Sejak pagi-pagi benar pada hari berikutnya, aku mempersembahkan segala sesuatu untuk intensinya. Dalam misa kudus, sekejap aku merasakan siksaan yang ia alami. Aku merasakan suatu kelaparan yang luar biasa akan Allah sehingga rasanya aku akan mati karena kerinduan untuk bersatu dengan Dia. Pengalaman ini berlangsung hanya dalam waktu singkat, tetapi aku memahami seperti apa besarnya kerinduan jiwa-jiwa di Purgatorium. 

(1187) 

Langsung sesudah misa kudus, aku minta izin kepada Muder Superior untuk berpuasa, tetapi aku tidak menerima izin karena sakitku. Ketika aku masuk ke kapel, aku mendengar suara ini, 

“Kalau engkau berpuasa, Suster, sampai petang nanti aku tidak akan beroleh pembebasan. Tetapi karena ketaatanmu, yang melarang engkau berpuasa, dalam sekejap aku sudah memperoleh pembebasan. Ketaatan memiliki kekuatan yang besar.” 

Sesudah kata-kata ini, aku mendengar, 

“Semoga Allah membalasmu.” 

(1188) 

Aku sering berdoa untuk Polandia, tetapi aku sadar bahwa Allah sangat murka terhadapnya karena sikapnya yang tidak tahu terima kasih. Aku mengerahkan segenap kekuatan jiwaku untuk membelanya. AKu terus-menerus mengingatkan Allah akan janji-janji kerahiman-Nya. Ketika aku menyaksikan murka-Nya, dengan penuh pengharapan aku menghempaskan diri ke dalam lubuk kerahiman-Nya, dan aku membenamkan seluruh Polandia ke dalamnya; maka Allah tidak dapat menggunakan keadilan-Nya. Tanah Airku, betapa aku harus berkurban untukmu! Tidak ada hari aku tidak berdoa bagimu. 

(1189) 

(Suatu kalimat dari St.Vinsensius de Paul, “Tuhan selalu mengulurkan tangan-Nya untuk bekerja ketika Ia menyingkirkan semua sarana insani dan menyuruh kita melakukan sesuatu yang melampaui kekuatan kita.”) 

(1190) 

Yesus. 

“Dari semua luka-Ku, laksana dari mata air, kerahiman mengalir kepada jiwa-jiwa; tetapi, luka yang ada di dalam Hati-Ku adalah sumber kerahiman yang tak terselami. Dari sumber ini, mengalirlah segala rahmat kepada jiwa-jiwa. Api belas kasih membakar Aku. Aku sangat ingin mencurahkan belas kasih-Ku atas jiwa-jiwa. Berbicaralah kepada seluruh dunia tentang kerahiman-Ku.” 

(1191) 

Selama kita masih hidup, kasih Allah terus bertumbuh di dalam diri kita. Sampai tiba saatnya kita meninggal, kita harus berusaha mengasihi Allah. Aku telah mempelajari dan mengalami bahwa jiwa-jiwa yang hidup dalam kasih memiliki pengetahuan yang sangat jelas mengenai perkara-perkara Allah, baik dalam jiwa mereka sendiri maupun dalam jiwa-jiwa orang lain. Dan jiwa-jiwa yang sederhana, yang tidak berpendidikan, menonjol dalam pengetahuan ini. 

(1192) 

Pada perhentian keempat belas, aku mengalami perasaan yang aneh, yakni bahwa Yesus masuk ke dalam tanah. Ketika jiwaku mengalami kesedihan yang mendalam, aku hanya memikirkan satu hal ini: Yesus itu baik dan penuh kerahiman, dan kalaupun tanah menelan aku, aku akan tetap percaya kepada-Nya. 

(1193) 

Hari ini, aku mendengar suara ini, 

“Putri-Ku, kesukaan Hati-Ku, Aku sangat puas memandang ke dalam jiwamu. Karena engkau, Aku melimpahkan banyak rahmat hanya karena engkau, dan hanya karena engkau Aku pun membatalkan hukuman-hukuman yang mestinya Kujatuhkan. Engkau membelenggu Aku, dan Aku tidak dapat menerapkan tuntutan-tuntutan keadilan-Ku. Dengan kasihmu, engkau membelenggu tangan-Ku.” 

(1194) 

13 Juli 1937 

Hari ini, Yesus telah memberi aku terang bagaimana aku harus bersikap terhadap salah seorang suster, yang telah menanyakan kepadaku banyak masalah rohani yang ia ragukan. Tetapi, ternyata, bukan itu masalahnya; ia hanya ingin memancing pendapatku mengenai masalah-masalah itu supaya ia memperoleh bahan untuk disampaikan kepada para suster lain. Oh, kalau saja ia hanya mengulangi kata-kata persis yang telah kuucapkan kepadanya tanpa diubah dan ditambah-tambah! Yesus memperingatkan aku terhadap jiwa itu. Aku memutuskan untuk mendoakan dia sebab hanya doa yang dapat memberikan pencerahan kepada jiwa itu. 

(1195) 

O Yesusku, tidak suatu pun dapat meremehkan cita-citaku, yakni cinta yang aku miliki terhadap-Mu. Meskipun jalan itu amat banyak bertabur duri, aku tidak takut untuk melangkah maju. Bahkan kalaupun badai penganiayaan menimpa aku; kalaupun teman-temanku meninggalkan aku; kalaupun segala sesuatu bersekongkol melawan aku, dan cakrawala menjadi semakin kelam; kalaupun taufan ganas menyerbu aku dan aku merasakan bahwa aku sama sekali sendirian dan harus menghadapi semuanya itu, dengan penuh ketenangan, aku akan tetap mengandalkan kerahiman-Mu, o Allahku, dan harapanku tidak akan dikecewakan. 

(1196) 

Hari ini, seorang suster yang sedang bertugas di ruang makan menghampiri aku di ruang makan para suster; ia memang ditugaskan untuk memberikan pelayanan pada saat makan bersama. Ketika suster itu menghampiriku, aku merasakan penderitaan yang nyeri di bagian-bagian luka Yesus. Aku dapat pencerahan mengenai keadaan jiwanya. Maka aku banyak berdoa baginya. 

(1197) 

Peredaan badai dengan tiba-tiba. 

Tadi malam terjadi badai yang mengerikan. Aku menundukkan wajahku sampai ke tanah dan mulai mendaras Litani Orang Kudus. Menjelang akhir litani, suatu rasa kantuk menguasai diriku sehingga aku sama sekali tidak mampu menyelesaikan doa itu. Kemudian, aku bangkit dan berkata kepada Tuhan, 

“Yesus, redakanlah badai ini karena anak-Mu tidak mampu berdoa lebih lama lagi, dan aku terserang kantuk yang amat berat.” 

Sesudah kata-kata ini, aku membuka jendela lebar-lebar, bahkan tanpa memasang pengaitnya. Maka Suster N berkata kepadaku, 

“Suster, apa yang engkau lakukan! Badai pasti akan mencabut jendela!” 

Aku menyuruh dia tidur dengan tenang, dan seketika itu juga badai sama sekali reda. Keesokan harinya, para suster berbicara tentang peredaan badai secara tiba-tiba, tanpa mengetahui apa artinya semua itu. Aku tidak mengatakan apa pun, tetapi aku hanya berpikir dalam hati: Yesus dan Faustina yang kecil tahu apa artinya ....

(1198) 

20 Juli 1937 

Hari ini, aku diberi tahu bahwa aku harus pergi ke Rabka. Seharusnya, aku pergi pada tanggal 5 Agustus, tetapi aku minta kepada Muder Superior untuk mengizinkan aku langsung berangkat. Aku sama sekali tidak bertemu dengan Pastor Andrasz, tetapi aku minta kepadanya untuk mengizinkan aku pergi secepat mungkin. Muder Superior agak heran bahwa aku ingin berangkat begitu cepat, tetapi aku tidak menjelaskan alasan mengapa aku menginginkan demikian. Hal ini akan menjadi rahasia sepanjang masa. Dalam situasi ini, aku telah membuat satu niat yang akan tetap aku rahasiakan. 

(1199) 

29 Juli 1937 

Hari ini, aku harus berangkat ke Rabka. Aku pergi ke kapel dan minta kepada Tuhan Yesus agar perjalananku aman. Tetapi, dalam jiwaku ada kesunyian dan kegelapan. Aku merasakan bahwa aku sama sekali sendirian dan tidak mempunyai seorang pun [untuk berpaling]. Aku minta agar Yesus menyertai aku. Kemudian, aku merasakan berkas sinar yang lembut masuk ke dalam jiwaku sebagai suatu tanda bahwa Yesus menyertai aku, tetapi, sesudah rahmat ini, kegelapan da bayang-bayang dalam jiwaku semakin pekat. Kemudian aku berkata, 

“Terjadilah kehendaku-Mu karena tidak ada yang mustahil bagi-Mu.” 

Ketika aku berada di kereta api dan meratap ke luar melalui jendela pada perkampungan dan perbukitan yang indah, siksaan jiwaku menjadi semakin pedih. 

(1200) 

Ketika para suster menyambut aku dan mulai mengerumuni aku dengan kehangatan hati, penderitaan-penderitaanku semakin berlipat ganda. Aku ingin mengundurkan diri dan beristirahat sejenak dalam kesunyian, singkat kata, untuk menyendiri. Dalam saat-saat seperti itu, tidak ada satu makhluk pun mampu memberi aku penghiburan, dan kalaupun aku ingin mengatakan sesuatu mengenai diriku sendiri, aku akan merasakan suatu siksaan baru. Oleh karena itu, pada saat-saat seperti itu, lebih baik aku diam dan dalam keheningan, menyerahkan diriku kepada kehendak Allah - dan ini memberi aku kelegaan. Aku tidak minta suatu pun dari ciptaan-ciptaan, dan aku berkomunikasi dengan mereka hanya sejauh perlu. AKu tidak akan membuka hatiku kecuali demi semakin besarnya kemuliaan Allah. Persekutuanku hanya kujalin dengan para malaikat.

 


Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku

Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku (Audio)

Refleksi Harian Kerahiman Ilahi