-->

Catatan Harian St.Faustina: 1301- 1321

KERAHIMAN ILAHI DALAM JIWAKU

Buku Catatan Harian Abdi Allah

Santa Maria Faustina Kowalska

anggota Kaul Kekal dari

Kongregasi Santa Perawan Maria Berbelas Kasih

 

Buku 4

Catatan Harian : 1301 - 1321

 

(1301) 

Sungguh luar biasa bahwa Muder Irene memperoleh begitu banyak pencerahan dari Allah mengenai seluruh masalah ini. Ia adalah orang pertama yang mengizinkan aku melaksanakan keinginan-keinginan Tuhan meskipun baru dua tahun sesudah penyataan itu ia menjadi superior. Ia adalah orang pertama yang pergi bersama aku untuk memantau perkembangan ketika pelukisan gambar itu mulai dikerjakan. Dan kini, ketika sejumlah bahan mengenai Kerahiman Ilahi diterbitkan dan gambar-gambar kudus kecil dicetak, sekali lagi dialah yang pergi bersama aku untuk [memantau] perkembangan masalah ini. Allah telah mengatur semua ini secara mengagumkan. Sebab karya ini dimulai di Vilnius, dan kini kehendak Allah sudah mengarahkan situasi sedemikian rupa sehingga karya ini dilanjutkan di Krakow. Aku tahu betapa superior ini menyenangkan Allah; aku menyaksikan bagaimana Allah mengarahkan segala sesuatu dan menghendaki aku berada di bawah perlindungannya selama masa-masa yang penting ini. .... Syukur kepada-Mu, Tuhan, atas superior seperti ini, yang sungguh hidup dalam kasih dan takut akan Allah. Itulah sebabnya aku berdoa paling banyak untuk dia sebab ia telah melibatkan diri paling banyak demi karya Kerahiman Ilahi ini ... 

(1302) 

29 September 1937 

Hari ini, kepadaku diberitahukan banyak hal mengenai misteri-misteri Allah. Kini aku memahami bahwa komuni kudus tetap berada di dalam diriku sampai komuni kudus berikut. Kehadiran Allah yang hangat dan nyata terus berlanjut di dalam jiwaku. Kesadaran akan hal ini menceburkan aku ke dalam permenungan yang mendalam, tanpa usaha sedikit pun dari pihakku. Hatiku adalah tabernakel yang hidup, tempat Hosti yang hidup disimpan. Tidak pernah aku mencari Allah di tempat-tempat yang jauh, tetapi di dalam diriku sendiri. Dalam lubuk hatiku sendirilah aku menyatukan diri dengan Allahku. 

(1303) 

Ya Allahku, kendati semua rahmat-Mu, tanpa henti aku merindukan saat aku akan disatukan selama-lamanya dengan Allahku; dan semakin baik aku mengenal Dia, semakin bernyala-nyala aku merindukan Dia. 

Y.M.Y. 

(1304) 

Dengan rindu, aku memandangi langit yang bertabur bintang, menatap hamparan safir yang tiada tara. Di sana hati yang murni meleset mencari Engkau, o Allah, dan ingin sekali dilepaskan dari ikatan-ikatan daging. Dengan amat rindu, aku menatap engkau, tanah airku, kapan masa pembuanganku ini akan berakhir? O Yesus, begitulah seruan mempelai-Mu, yang merana karena mendambakan Engkau. 

Dengan rindu, aku menatap jejak-jejak kaki para kudus yang melintasi padang gurun dalam perjalanan mereka ke tanah air. Mereka mewariskan kepadaku teladan keutamaan dan nasihat-nasihat dan mereka berkata kepadaku, 

“Sabarlah, Suster, tak lama lagi belenggu-belenggu akan lepas.” 

Tetapi jiwaku yang dibakar rindu tidak mendengar kata-kata itu. Dengan berapi-api, ia merindukan Allah dan Tuhannya, dan ia tidak mengerti bahasa manusia, sebab ia hanya mencintai Dia. 

Jiwaku yang dibakar rindu, yang terluka karena cinta, memaksakan jalannya melalui segala makhluk ciptaan dan menyatukan diri dengan kekekalan yang tak terbatas, dengan Tuhan yang telah menjadi Tunangan hatiku. 

Izinkanlah, o Allah, jiwaku yang dibakar rindu ini membenamkan diri dalam hakikat Tritunggal ilahi-Mu, aku mohon dengan rendah hati, penuhilah kerinduanku dengan hati yang dibakar oleh api cinta. 

(1305) 

Hari ini, ada seorang datang ke asrama dan minta diterima sebagai salah seorang siswi kami. Tetapi, ia tidak dapat diterima. Padahal, ia sangat membutuhkan asrama kami. Sementara aku mengadakan percakapan dengan dia, Sengsara Yesus terasa kembali dalam diriku. Setelah ia pergi, aku melaksanakan suatu mati raga yang paling berat. Bagaimana pun, lain kali aku tidak akan membiarkan jiwa seperti itu pergi. Selama tiga hari aku sangat menderita karena memikirkan dia. Betapa aku sangat menyesal bahwa lembaga kami terlalu kecil dan tidak mampu menampung jiwa-jiwa yang lebih banyak. Yesusku, Engkau tahu betapa pedihnya hatiku karena setiap domba yang hilang .... 

(1306) 

O Kerendahan hati, puspa nan indah, aku melihat betapa sedikitnya jiwa yang memiliki engkau. Apakah karena engkau sedemikian indah dan sekaligus sedemikian sulit untuk dicapai? Memang karena kedua-duanya. Sungguh, Allah sendiri sangat berkenan padanya. Bagi jiwa yang rendah hati, gerbang surga dibuka, dan kepadanya lautan rahmat  meluap. 

O betapa indahnya jiwa yang rendah hati. Dari hatinya, ibarat dari sebuah pedupaan, aneka ragam keharuman yang paling menyenangkan membubung ke langit dan sampai ke hadirat Allah sendiri, keharumannya memenuhi Hati Allah yang mahakudus dengan sukacita. Allah tidak menolak apa pun bagi jiwa yang rendah hati; jiwa seperti ini sangat perkasa dan mampu mempengaruhi nasib seluruh dunia. Allah  mengangkatnya sampai ke takhta-Nya sendiri. Dan, semakin jiwa ini merendahkan diri, semakin rendah Allah merunduk kepadanya, sambil melimpahinya dengan rahmat dan, setiap saat, mendampingi dia dengan kemahakuasaan-Nya. Jiwa seperti ini paling erat bersatu dengan Allah. 

O kerendahan hati, berakar-kuatlah dalam diriku. 

O Perawan yang paling murni, tetapi juga yang paling rendah hati, tolonglah aku mencapai kerendahan hati yang mendalam. Kini aku mengerti mengapa jumlah orang saleh tidak banyak; tidak lain karena begitu sedikitnya jiwa yang sungguh-sungguh rendah hati. 

(1307) 

O Kasih yang kekal, o Lubuk Kerahiman, o Tritunggal kudus tetapi Allah yang Esa, Hati-Mu penuh kasih terhadap semua orang! Sebagai seorang Bapa yang baik, Engkau tidak mengabaikan seorang pun. 

O Kasih Allah, o Mata Air yang hidup, curahkanlah diri-Mu atas kami, makhluk ciptaan-Mu yang tidak pantas ini. Kiranya kepapaan kami tidak menghalangi aliran kasih-Mu karena sungguh, tidak ada batas untuk kerahiman-Mu. 

(1308) 

Yesus, telah kuperhatikan bahwa Engkau tampak kurang peduli terhadapku, 

“Benar, Anak-Ku, karena Aku menggantikan diri-Ku dengan pembimbing rohanimu. Ia sedang merawatmu selaras dengan kehendak-Ku. Hormatilah setiap kata-katanya seperti kata-kata-Ku sendiri. Ia ibarat tirai; di belakangnya Aku bersembunyi. Pembimbing rohanimu dan Aku adalah satu; kata-katanya adalah kata-kata-Ku.” 

(1309) 

Ketika aku melakukan Jalan Salib, aku sangat terharu pada perhentian kedua belas. Di sini, aku merenungkan kemahakuasaan kerahiman Allah yang tersalur lewat Hati Yesus. Dalam luka Hati Yesus yang menganga itu, aku merengkuh semua orang miskin ... dan orang-orang yang kucintai, sama seperti setiap kali aku melakukan Jalan Salib. Dari mata air Kerahiman itu, terpancarlah dua berkas sinar; yakni Darah dan Air. Dengan kelimpahan rahmat-Nya, kedua berkas sinar ini menyelubungi seluruh dunia.... 

(1310) 

Kalau orang jatuh sakit dan menjadi lemah, ia terus-menerus berusaha melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh orang lain. Tetapi, bahkan hal-hal yang sudah “biasanya” dilakukan tidak mampu ia lakukan. Bagaimana pun, syukur kepada-Mu, ya Yesus, atas segala sesuatu sebab bukan besarnya karya yang diberi anugerah, tetapi besarnya usaha. Apa yang dilakukan atas dasar cinta bukanlah hal yang kecil, o Yesusku, karena Engkau dapat melihat segala sesuatu. Aku tidak tahu mengapa aku merasa sedemikian tidak sehat pada pagi hari; aku harus mengerahkan seluruh kekuatanku untuk turun dari tempat tidur, menghimpun segenap tenaga, bahkan kadang-kadang diperlukan perjuangan yang berat. Pemikiran mengenai komuni kudus memberi aku kembali sedikit kekuatan. Dengan demikian, hari itu berawal dengan pergulatan dan berakhir pula dengan pergulatan. Ketika aku pergi untuk beristirahat, aku merasa seperti seorang serdadu yang pulang dari medan perang. Hanya Engkau, ya Tuhanku dan Guruku, yang mengetahui apa yang terkandung pada hari ini. 

(1311) 

Meditasi. Pada waktu meditasi, suster yang berlutut di sampingku terus-menerus batuk dan membunyikan tenggorokannya, kadang-kadang tanpa henti. Sejenak terpikir olehku untuk pindah ke tempat lain pada saat renungan sebab misa kudus sudah selesai. Tetapi, kemudian aku berpikir bahwa kalau aku pindah tempat, suster itu akan tahu dan barangkali merasa tersinggung karena aku menjauhi dia. Maka aku memutuskan untuk terus berdoa di tempatku yang biasa, dan mempersembahkan olah kesabaran ini kepada Allah. Menjelang akhir meditasi, jiwaku dipenuhi dengan penghiburan Allah, sebanyak yang dapat ditanggung hatiku; dan Tuhan memberitahukan kepadaku bahwa kalau aku menyingkiri suster itu aku juga akan menyingkirkan rahmat yang dicurahkan ke dalam jiwaku. 

(1312) 

Hari ini, Yesus masuk melalui pintu masuk utama, menyamar sebagai orang laki-laki muda yang miskin. Laki-laki muda itu kurus, telanjang kaki dan tanpa tutup kepala, berpakaian compang-camping, menggigil kedinginan karena hari hujan dan udara sangat dingin. Ia minta sesuatu yang hangat untuk dimakan. Maka aku pergi ke dapur, tetapi tidak menemukan apa-apa untuk orang miskin itu. Tetapi, sesudah mencarinya ke sana kemari selama beberapa waktu, aku berhasil menemukan sedikit sup. Aku memanasinya dan mencampurkan sedikit roti ke dalamnya. Lalu aku memberikannya kepada laki-laki muda yang miskin itu, yang kemudian memakannya. Ketika aku mengambil mangkuk darinya, Ia memperlihatkan kepadaku bahwa Ia adalah Tuhan surga dan bumi. Ketika aku menyadari bahwa Ia adalah Tuhan, seketika itu Ia menghilang dari pandanganku. Ketika aku kembali masuk kamar dan merenungkan apa yang baru saja terjadi di pintu, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, 

“Putri-Ku, ucapan syukur orang-orang miskin yang memuji Aku sambil meninggalkan pintu itu telah sampai ke telinga-Ku. Dan kemurahanmu, dalam batas-batas ketaatan, telah menyenangkan Hati-Ku. Itulah sebabnya Aku turun dari takhta-Ku - untuk menikmati buah-buah belas kasihmu.”

 

(1313) 

O Yesusku, kini segalanya sudah jelas bagiku, dan aku memahami semua yang baru saja terjadi. Bagaimana pun, aku merasakan sesuatu dan bertanya dalam hati orang miskin macam apa ini: ia memancarkan kesederhanaan yang begitu tulus. Sejak saat itu, bergolaklah dalam hatiku cinta yang bahkan semakin murni kepada orang yang miskin dan berkekurangan. Oh, betapa bahagiannya aku bahwa para superiorku telah memberiku tugas seperti itu! Aku mengerti bahwa ada banyak cara untuk melakukan belas kasihan; setiap saat, di mana saja dan kapan saja, orang dapat berbuat baik. Cinta akan Allah yang bernyala-nyala selalu melihat di sekitar dirinya kesempatan-kesempatan untuk membagikan diri lewat perbuatan, perkataan, dan doa. Kini aku memahami, o Tuhan kata-kata yang Kauucapkan kepadaku beberapa waktu yang lalu. 

(1314) 

Oh, betapa besarnya usaha-usaha yang harus kulakukan untuk melaksanakan tugas-tugasku dengan baik ketika kesehatanku sedemikian buruk! Hanya Engkau yang akan tahu mengenai hal ini, o Kristus. 

(1315) 

Di saat mengalami kesunyian batin, aku tidak kehilangan damaiku sebab aku tahu bahwa Allah tidak pernah meninggalkan jiwa kecuali kalau jiwa itu sendiri mematahkan ikatan cinta dengan Dia lewat ketidaksetiaannya. Segala makhluk, tanpa kecuali, bergantung pada Tuhan dan dipelihara oleh kemahakuasaan-Nya. Sebagian dari makhluk-makhluk itu berada di bawah hukum kasih, yang lain di bawah hukum keadilan. Tergantung pada kita di bawah hukum mana kita mau hidup. Sebab untuk setiap orang disediakan bantuan rahmat yang cukup. Aku sama sekali tidak takut kalau aku tampak ditinggalkan sendirian. Aku akan memeriksa diri secara lebih mendalam untuk menemukan apakah hal itu disebabkan oleh kesalahanku. Kalau tidak demikian, terpujilah [Tuhan]! 

(1316) 

1 Oktober 1937. 

“Putri-Ku, Aku membutuhkan kurban yang dilaksanakan dengan penuh kasih sebab hanya kurban seperti itulah yang memiliki arti bagi-Ku. Memang luar biasa utang-utang dunia kepada-Ku; jiwa-jiwa yang murni dapat membayarnya dengan pengurbanan mereka, sambil mengamalkan belas kasihan dalam roh.” 

(1317) 

Aku memahami kata-kata-Mu, Tuhan, dan aku juga memahami besarnya kerahiman yang harus memancar di dalam jiwaku. Yesus [berkata], 

“Aku tahu, Putri-Ku, bahwa engkau memahaminya dan bahwa engkau sudah melakukan segala sesuatu yang ada dalam batas kemampuanmu. Tetapi, tulislah ini untuk banyak jiwa yang sering kali gelisah karena mereka tidak memiliki sarana-sarana material untuk mengamalkan tindak belas kasihan. Camkanlah, kerahiman rohani, baik yang tidak menuntut izin maupun rumah penampungan jauh lebih berpahala dan dapat dilakukan oleh setiap jiwa. Kalau, dengan satu dan lain cara, suatu jiwa tidak mengamalkan belas kasihan, pada hari penghakiman ia tidak akan memperoleh kerahiman-Ku. Oh, kalau saja semua jiwa mengetahui bagaimana mengumpulkan harta yang kekal bagi diri mereka sendiri, pastilah mereka tidak akan dihakimi karena mereka akan mencegah penghakiman-Ku dengan belas kasihan mereka.” 

(1318) 

10 Oktober 1937. 

O Yesusku, guna mensyukuri rahmat-Mu yang begitu banyak, aku mempersembahkan kepada-Mu tubuh dan jiwaku, budi dan kehendakku, serta semua perasaan hatiku. Lewat kaul-kaulku, aku telah menyerahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu; kini aku tidak memiliki apa-apa lagi yang dapat kupersembahkan kepada-Mu. Yesus berkata kepadaku, 

“Putri-Ku, engkau belum pernah mempersembahkan kepada-Ku apa yang sungguh-sungguh menjadi milikmu.” 

Aku mawas diri secermat-cermatnya dan aku merasa bahwa aku sudah mencintai Allah dengan segala kemampuan jiwaku, dan aku tidak mampu menemukan apa yang belum kuberikan kepada Tuhan. Maka aku bertanya, 

“Yesus, katakan kepadaku, apa yang belum kuberikan kepada-Mu, dan seketika itu juga aku akan memberikannya kepada-Mu dengan tulus hati.” 

Yesus berkata kepadaku dengan penuh kasih, 

“Putri-Ku, berikanlah kepapaanmu sebab itulah satu-satunya milikmu.” 

Dan pada saat itu juga, seberkas cahaya menerangi jiwaku, dan aku melihat seluruh lubuk kepapaanku. Pada saat yang sama, aku mendekapkan diriku pada Hati Yesus yang mahakudus dengan penyerahan diri yang sedemikian besar sehingga kalaupun aku bersalah atas dosa semua orang yang sudah dikutuk, aku tidak akan meragukan kerahiman Allah. Sebaliknya, dengan hati yang remuk redam, aku akan menghempaskan diriku ke dalam lubuk kerahiman-Nya. Aku percaya, o Yesus, bahwa Engkau tidak akan menolakku, tetapi akan mengampuni segala dosaku lewat tangan wakil-Mu. 

(1319) 

Engkau sudah wafat, ya Yesus, tetapi mata air kehidupan memancar bagi jiwa-jiwa, dan lautan kerahiman terbuka untuk seluruh dunia. O Mata Air Kehidupan, o Kerahiman Ilahi yang tak terhingga, rengkuhlah seluruh dunia dan hampakan diri-Mu untuk kami. 

(1320) 

“Pada pukul tiga sore, mohonlah kerahiman-Ku, khususnya untuk orang-orang berdosa; dan meskipun hanya sebentar, benamkanlah dirimu di dalam Sengsara-Ku, khususnya di dalam kesendirian-Ku pada waktu menghadapi sakratulmaut. Inilah jam kerahiman yang besar bagi seluruh dunia. Aku akan mengizinkan engkau masuk ke dalam dukacita-K yang begitu pedih. Pada jam ini, Aku tidak akan menolak apa pun yang dimohon oleh jiwa-jiwa yang mengajukan permintaan kepada-Ku demi Sengsara-Ku ...” 

(1321) 

Salam, ya Hati Yesus yang maharahim, Mata Air yang mengalirkan segala rahmat, satu-satunya naungan, satu-satunya pengungsian; dalam Dikau aku menemukan terang pengharapan. 

Salam, ya Hati Allahku yang mahamurah, Mata Air Kasih yang tak terhingga, yang terus-menerus mengalirkan kehiduan kepada orang berdosa, Mata Air segala kemanisan. 

Salam, ya Luka Hati Mahakudus yang selalu terbuka, yang memancarkan sinar kerahiman, dan mengizinkan kami menimba kehidupan dengan satu-satunya bejana, yakni pengharapan. 

Salam, ya kebaikan Allah yang tak terselami, yang tak pernah dapat diukur dan dinilai, yang penuh kasih dan kerahiman, meskipun mahakudus, yang seperti seorang ibu yang baik, selalu merunduk atas kita. 

Salam, ya Takhta Kerahiman, Anak Domba Allah, yang memberikan hidup-Mu sebagai kurban bagiku, di hadapan-Mu, jiwaku merendahkan diri setiap hari, dan hidup dalam iman yang teguh. 

[Akhir Buku Harian Jilid 4]