-->

Catatan Harian St.Faustina: 1322- 1350

 


KERAHIMAN ILAHI DALAM JIWAKU

Buku Catatan Harian Abdi Allah

Santa Maria Faustina Kowalska

anggota Kaul Kekal dari

Kongregasi Santa Perawan Maria Berbelas Kasih


 Buku 5

(1322) 

Sampan hidupku terus berlayar di tengah kegelapan dan bayangan malam, dan aku tidak melihat pantai; aku mengarungi samudra luas. 

Badai yang paling riangan pun dapat menenggalamkan aku, menelan perahuku dalam pusaran yang dalam, kalau Engkau sendiri tidak memperhatikan aku, ya Allah, dalam setiap saat dan kesempatan hidupku. 

Di tengah ombak yang menderu aku berlayar dengan tenang, penuh pengharapan, dan seperti seorang anak, menatap ke kejauhan tanpa takut, sebab Engkau, o Yesus, menjadi Cahayaku. 

Kengerian dan ketakutan ada di sekelilingku, tetapi dalam jiwaku ada damai yang lebih dalam daripada jurang samudra, karena yang beserta-Mu, o Tuhan, tidak akan binasa; hal ini dijamin padaku oleh kasih ilahi-Mu, ya Allah. 

Meskipun beragam bahaya mengerumuni aku, tidak suatu pun menakutkan aku, karena aku terus menatap langit yang bertaburan bintang, dan aku terus berlayar dengan berani dan penuh sukacita, karena pantaslah demikian bagi hati yang murni. 

Dan kalau perahu hidupku berlayar begitu tenang, itu tidak lain karena satu hal ini: Engkaulah Juru Mudiku, ya Allah, aku mengakuinya dengan segala kerendahan hati. 

(1323) 

Aku cinta pada-Mu, ya Allahku. 

Sr. Faustina dari Sakramen Mahakudus. 

Krakow, 20 Oktober 1937. 

(1324) 

Aku bersujud di hadapan-Mu, o Roti Malaikat, dengan iman, harapan, dan kasih yang mendalam; dan dari lubuk hatiku, aku menyembah Engkau, meskipun aku ini hanya kehampaan belaka. 

Aku bersujud di hadapan-Mu, o Allah yang tersembunyi, dan aku mengasihi Engkau dengan segenap hati. Selubung misteri tidak lagi menghalangi aku sama sekali; aku mengasihi Engkau seperti para pilihan-Mu di surga. 

Aku bersujud di hadapan-Mu, o Anak Domba Allah, yang menghapus dosa-dosa jiwaku, yang setiap pagi aku sambut ke dalam hatiku, Engkau, yang menolong agar aku selamat. 

Krakow, 20 Oktober 1937, Buku Harian Lima. 

(1325) 

Ya Allahku, biarlah segala yang ada dalam diriku memuji Engkau, Tuhan dan Penciptaku; dengan setiap denyut jantungku, aku ingin memuji kerahiman-Mu yang tak terselami. Aku ingin menuturkan kebaikan-Mu kepada jiwa-jiwa dan aku ingin mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Mu. Inilah misiku, yang telah Engkau percayakan sendiri kepadaku, ya Tuhan, dalam hidup ini dan dalam kehidupan yang akan datang. 

(1326) 

Hari ini, kami memulai retret delapan hari. Yesus, Guruku, tolonglah aku menjalani retret suci ini dengan penuh gairah sebagai latihan-latihan kesalehan. Semoga Roh-Mu, ya Allah, membimbing aku ke dalam lubuk pengetahuan yang paling dalam tentang Engkau, dan juga tentang diriku sendiri. Sebab aku hanya akan mampu mengasihi Engkau sebanyak aku bisa mengenal Engkau. Dan aku hanya akan mampu merendahkan diriku sebanyak aku bisa mengenal kepapaanku. Aku tahu, ya Tuhan, bahwa Engkau tidak akan menolak memberikan pertolongan-Mu kepadaku. Aku ingin keluar dari retret ini sebagai seorang santa meskipun mata insani tidak akan memperhatikannya, termasuk juga mata para superior. Aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepada tindakan rahmat-Mu. Biarlah kehendak-Mu digenapi sepenuhnya di dalam diriku, ya Tuhan. 

(1327) 

Hari pertama. 

Yesus berkata, 

“Putri-Ku, retret ini akan menjadi suatu kontemplasi yang tanpa henti. Aku akan membawa engkau memasuki retret ini seperti memasuki perjamuan rohani. Dengan selalu berada di dekat Hati-Ku yang maharahim, engkau akan merenungkan segala rahmat yang diterima oleh hatimu, dan suatu damai yang sungguh teduh akan menyelimuti jiwamu. AKu menghendaki mata jiwamu selalu menatap kehendak-Ku yang kudus karena dengan cara inilah engkau akan paling menyenangkan Hati-Ku. Tidak ada pengurbanan yang dapat dibandingkan dengan ini. Selama seluruh latihan ini, engkau akan tinggal di dekat Hati-Ku. Engkau tidak akan melakukan satu perombakan pun sebab hidupmu selaras dengan kehendak-Ku. Imam yang akan memimpin retret ini tidak akan mengucapkan sepatah kata pun yang akan menyusahkanmu.” 

(1328) 

Yesusku, aku telah melakukan dua meditasi, dan aku menyadari lewat kedua meditasi itu bahwa segala sesuatu yang telah Engkau katakan adalah benar. Aku sedang mengalami suatu damai yang sangat teduh, dan damai ini mengalir dari kesaksian suara hatiku, yakni bahwa aku selalu melaksanakan kehendak-Mu, ya Tuhan. 

(1329) 

Dalam meditasi mengenai tujuan hidup manusia, aku tahu bahwa kebenaran ini berakar kuat dalam jiwaku, dan bahwa karenanya perbuatan-perbuatanku menjadi lebih sempurna. Aku tahu mengapa aku diciptakan. Bagiku, segala ciptaan bersama-sama tidak dapat menggantikan Penciptaku. AKu tahu bahwa Allah adalah tujuan akhir hidupku dan dengan demikian, dalam apa pun yang aku kerjakan, aku selalu memperhitungkan Allah. 

(1330) 

Oh, betapa indahnya meluangkan retret di dekat Hati Allahku yang teramat manis. Aku sendirian di padang gurun bersama Mempelaiku. Tidak seorang pun mengganggu percakapanku yang mesra dengan Dia. 

(1331) 

Yesus, Engkau sendiri telah berkenan meletakkan dasar-dasar untuk kesucianku, sementara kerja sama dari pihakku tidaklah seberapa. Engkau telah mengajar aku untuk tidak menimbun barang-barang yang akan kugunakan atau kupilih sebab hatiku sendiri sedemikian rapuh. Inilah sebabnya aku telah minta kepada-Mu, o Guruku, untuk tidak menghiraukan rasa sakit yang menyayat hatiku, tetapi supaya Engkau membasmi apa saja yang barangkali menjauhkan aku dari jalan kasih. Aku tidak memahami Engkau, ya Tuhan, pada saat-saat menderita, ketika Engkau melaksanakan karya-Mu di dalam jiwaku; tetapi hari ini, aku memahami Engkau dan bersukacita dalam kebebasan rohku. Yesus sendiri telah berjaga agar hatiku tidak lagi terperangkap dalam jerat nafsu apa pun. Kini aku mengetahui sungguh-sungguh dari bahaya-bahaya macam apa Ia telah membebaaskan aku, dan karena itu ucapan syukurku kepada Allah tidak terhingga. 

(1332) 

Hari kedua. 

Begitu aku bermeditasi mengenai dosa para malaikat dan hukuman mereka, aku bertanya kepada Yesus, mengapa para malaikat langsung dihukum begitu mereka melakukan dosa. Aku mendengar suatu suara, 

“Sebab pengetahuan mereka mengenai Allah sangat jelas. Tidak seorang pun di bumi ini, meskipun ia seorang santo besar, memiliki pengetahuan mengenai Allah seperti malaikat.” 

Tetapi, kepadaku yang begini papa, Engkau telah menunjukkan kerahiman-Mu, ya Allah, dan ini terjadi berulang kali. Engkau menggendong aku dalam pelukan kerahiman-Mu dan mengampuni aku setiap kali aku mohon pengampunan-Mu dengan hati yang remuk redam. 

(1333) 

Keheningan yang mencekam meliputi jiwaku. Tidak satu awam pun menutupi Matahari dariku. Aku membuka diriku sepenuhnya kepada sinarnya sehingga kasih Allah dapat menghasilkan perubahan total dalam diriku. AKu ingin keluar dari retret ini sebagai seorang santa, dan ini harus terjadi, apa pun juga hambatannya; maksudku, kendati segala kejahatanku. Aku ingin menjadi seorang santa, dan aku percaya bahwa kerahiman Allah dapat membuat seorang santa bahkan dari orang yang sedemikian papa seperti aku sebab aku sungguh-sungguh memiliki kehendak yang baik. Walaupun banyak kegagalanku, aku ingin bertempur seperti jiwa yang suci dan bertindak seperti jiwa yang suci. Aku tidak akan berkecil hati karena alasan apa pun, seperti halnya tidak ada suatu pun yang dapat membuat jiwa yang kudus berkecil hati. Aku ingin hidup dan mati seperti jiwa yang suci, dengan mataku menatap Engkau, ya Yesus, yang terentang di salib, sebagai model untuk kegiatan-kegiatanku. Aku bisa memandang kesekelilingku untuk mencari-cari teladan, dan aku tidak menemukan satu pun yang cukup memuaskan, dan aku sadar bahwa kesucianku belumlah seberapa. Tetapi, mulai sekarang, mataku akan terus menatap Engkau, ya Kristus, yang menjadi pandu terbaik bagiku. Aku percaya bahwa Engkau akan memberkati usaha-usahaku. 

(1334) 

Dalam meditasiku mengenai dosa, Tuhan memperlihatkan kepadaku betapa jahatnya dosa dan sikap tidak tahu terima kasih yang ada di dalamnya. Dalam jiwaku, aku merasakan kejijikkan yang besar bahkan terhadap dosa yang paling ringan sekalipun. Tetapi, kebenaran-kebenaran abadi yang aku renungkan menjadi begitu jelas sehingga tidak meninggalkan satu bayangan pun tentang kebimbangan atau kegelisahan dalam jiwaku. Dan meskipun aku sangat memperhatikannya, kontemplasiku tidak terganggu olehnya. Dalam kontemplasi ini, bukan getaran-getaran hati yang aku alami, tetapi keteduhan damai dan keheningan yang mengagumkan. Meskipun kasihku berkobar-kobar, aku mengalami suatu ketenangan yang luar biasa, bahkan penyambutan Ekaristi tidak membangkitkan perasaan, tetapi mengantar aku ke dalam kesatuan mesra di mana kasihku dan kasih Allah lebur menjadi satu. 

(1335) 

Yesus telah memberitahukan kepadaku bahwa aku harus mendoakan para suster yang sedang menjalankan retret. Dalam doa, aku menyaksikan pergulatan yang sedang melanda beberapa suster, dan aku menggandakan doa-doaku bagi mereka. 

(1336) 

Dalam keheningan yang sangat teduh ini, aku dapat menilai keadaan jiwaku dengan lebih baik. Jiwaku seperti air jenih di mana aku dapat melihat segala sesuatu: baik kepapaanku maupun kelimpahan rahmat Allah. Dan karena pengenalan diri yang gamblang ini, rohku dikuatkan dalam kerendahan hati yang tulus. Aku membuka hatiku kepada tindakan rahmat-Mu seperti sebuah kristal yang siap ditembus oleh sinar mentari. Kiranya gambar-Mu, o Allahku, terpancar dari hatiku sejauh gambar itu dapat dipancarkan oleh ciptaan. Biarlah ke-Allahan-Mu memancar lewat aku, ya Engkau yang tinggal di dalam jiwaku. 

(1337) 

Sementara aku berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus, setiap kali aku memberi salam kepada kelima luka Yesus, aku merasakan adanya banjir rahmat yang meluap ke dalam jiwaku; berkat rahmat itu, aku dapat mencicipi surga dan beroleh kepercayaan penuh akan kerahiman Allah. 

(1338) 

Sementara aku menulis kata-kata ini, aku mendengar teriakan setan, 

“Ia sedang menuliskan segala sesuatu, ia sedang menuliskan segala sesuatu, dan karena itu kita kehilangan banyak sekali! Jangan menulis tentang kebaikan Allah; Ia itu adil!” 

Dan sambil menjerit berangasan, mereka menghilang. 

(1339) 

Ya Allah yang maharahim, Engkau tidak menolak kami, tetapi terus-menerus melimpahkan rahmat-Mu atas kami. Engkau membuat kami layak memasuki kerajaan-Mu, dan dalam kebaikan-Mu Engkau memberi anugerah bahwa manusia boleh mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh para malaikat yang tidak tahu terima kasih. Ya Allah yang maharahim, Engkau telah memalingkan tatapan kudus-Mu dari para malaikat yang memberontak dan mengarahkannya kepada manusia yang bertobat. Pujian dan kemuliaan bagi kerahiman-Mu yang tak terbatas, ya Allah yang tidak menghinakan hati yang rendah. 

(1340) 

Ya Yesusku, Engkau sudah melimpahkan semua rahmat kepadaku. Walaupun demikian, aku merasa bahwa kodratku, meski sudah dimuliakan, belum sepenuhnya suci; karena itu, aku tetap waspada. Aku harus bergulat dengan banyak kesalahan karena aku tahu dengan sungguh-sungguh bahwa bukan pertempuran yang merendahkan orang, tetapi sikap pengecut dan kegagalan. 

(1341) 

Apabila kesehatan seseorang memburuk, banyak penderitaan harus ditanggung olehnya. Karena kalau ia menjadi sakit, tetapi tidak harus berbaring di tempat tidur, ia tidak dianggap sakit. Oleh karena itu, ia selalu beroleh kesempatan untuk berkurban, dan kadang-kadang ia harus melakukan pengurbanan yang berat. Kini aku tahu bahwa hanya di dunia abadi banyak hal akan menjadi jelas. Tetapi, aku juga tahu bahwa kalau Allah menuntut suatu pengurbanan, Ia tidak akan menahan rahmat-Nya; sebaliknya, kepada jiwa yang harus menderita itu, Ia akan memberikan rahmat secara berkelimpahan. 

(1342) 

Ya Yesusku, biarlah kurbanku terbakar habis di hadapan takhta-Mu dalam keheningan, tetapi dengan penuh kuasa kasih, sebagaimana aku mohon kepada-Mu agar Engkau berbelas kasih kepada jiwa-jiwa. 

(1343) 

Hari ketiga. 

Dalam meditasi tentang kematian, aku mempersiapkan diri seolah-olah aku sungguh menghadapi kematian. Aku meneliti suara hatiku dan memeriksa segala urusanku seolah-olah sudah mendekati kematian; syukur atas rahmat Allah, semua urusanku terarah kepada tujuan terakhir. Hal ini memenuhi hatiku dengan syukur yang luar biasa kepada Allah, dan aku memutuskan untuk mengabdi Allahku bahkan dengan lebih setia lagi. Hanya satu hal yang perlu: mematikan diriku yang lama dan memulai suatu kehidupan baru. Pada pagi hari, aku mempersiapkan komuni kudus seolah-olah itu komuni kudus terakhir dalam hidupku, dan sesudah komuni kudus aku membayangkan kematianku sungguh sudah tiba, dan aku mendaras doa-doa dalam sakratulmaut, dan kemudian mendaras De Profundis (kata pembuka Mazmur 130) untuk jiwaku sendiri. AKu membayangkan tubuhku diturunkan ke dalam liang lahat, dan aku berkata kepada jiwaku, 

“Lihatlah, apa yang terjadi dengan tubuhmu! Seonggok kotoran penuh dengan belatung! Itulah harta warisanmu.” 

(1344) 

O Allah yang maharahim, Engkau masih membiarkan aku hidup. Berilah aku kekuatan supaya aku dapat menghayati suatu kehidupan yang baru, kehidupan baru dalam roh, yang tidak dikuasai oleh kematian. Dengan demikian, hatiku dibarui, dan, sementara masih tinggal di bumi ini, aku memulai suatu kehidupan baru, suatu kehidupan yang penuh kasih akan Allah. Tetapi, aku tidak lupa bahwa aku ini sangat rapuh meskipun aku tidak ragu-ragu sedetik pun bahwa aku akan selalu memperoleh pertolongan rahmat-Mu, ya Allah. 

(1345) 

Hari keempat. 

O Yesus, aku merasa heran karena selama retret ini aku merasa baik dekat Hati-Mu. Tidak suatu pun mengusik ketenangan hatiku. Dengan satu mata, aku menatap jurang kepapaanku dan dengan mata yang lain aku menatap kedalaman kerahiman-Mu. 

(1346) 

Dalam misa kudus, yang dipimpin oleh Pastor Andrasz, aku melihat Kanak-kanak Yesus. Kedua tangan-Nya terulur ke arah kami, sementara Ia duduk di dalam piala yang digunakan dalam misa kudus itu. Sesudah menatap aku dengan tajam, Ia mengucapkan kata-kata berikut, 

“Sebagaimana engkau melihat Aku di dalam piala ini, demikianlah Aku tinggal di dalam hatimu.” 

(1347) 

Pengakuan dosa. Sesudah mengungkapkan pengalaman batinku, aku mendapat izin untuk melaksanakan hal-hal yang aku minta, yakni setiap hari mengenakan gelang selama setengah jam pada waktu misa kudus, dan pada saat menghadapi kesulitan mengenakan ikat pinggang selama dua jam. 

[Pastor Andrasz berkata,] 

“Suster, bertahanlah dalam kesetiaan yang teguh terhadap Tuhan Yesus.” 

(1348) 

Hari kelima. 

Pada pagi ini ketika memasuki kapel, aku mengetahui bahwa Muder Superior mengalami sejumlah kesulitan sehubungan dengan permasalahanku. Hal ini menyebabkan hatiku sangat menderita. Sesudah komuni kudus, aku menyandarkan kepalaku pada Hati Yesus yang mahakudus dan berkata, 

“Ya Tuhanku, aku mohon kepada-Mu, biarlah semua penghiburan yang aku rasakan karena kehadiran-Mu dalam hatiku dilimpahkan ke dalam jiwa Muder Superiorku yang terkasih, yang sangat bersedih karena aku, dan biarlah kesedihannya tercurah atas aku.” 

(1349) 

Yesus menghibur aku dengan berkata bahwa kedua jiwa kami sudah mendapat ganjaran yang sepadan. Tetapi, aku memohon kepada Tuhan agar Ia berkenan menjaga jangan sampai aku menjadi penyebab penderitaan orang lain karena hatiku tidak dapat menanggung hal seperti ini. 

(1350) 

O Hosti Putih, Engkau telah menjaga jiwaku tetap putih; aku takut kalau-kalau suatu saat aku meninggalkan Engkau. Engkau adalah Roti para malaikat, dan dengan demikian juga Roti para perawan. 


Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku

Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku (Audio)

Refleksi Harian Kerahiman Ilahi