-->

Catatan Harian St.Faustina: 1401- 1450

 

KERAHIMAN ILAHI DALAM JIWAKU

Buku Catatan Harian Abdi Allah

Santa Maria Faustina Kowalska

anggota Kaul Kekal dari

Kongregasi Santa Perawan Maria Berbelas Kasih

 

Buku 5

Catatan Harian : 1401 - 1450


(1401) 

Kemarin, aku menerima sepucuk surat dari Pastor Sopocko. Aku tahu bahwa karya Allah sedang mengalami kemajuan, betapa pun lambatnya. Aku sangat bahagia karenanya, dan aku menggandakan doa-doaku untuk seluruh karya ini. Aku mulai mengerti bahwa untuk saat ini, sejauh menyangkut pertisipasiku dalam karya ini, Tuhan meminta doa dan pengurbanan. Kalau aku bertindak sendiri, bisa jadi akan mengacaukan rencana-rencana Allah, seperti ditulis oleh Pastor Sopocko dalam surat kemarin. 

O Yesusku, berilah aku rahmat untuk menjadi alat yang setia dalam tangan-Mu. Dari surat itu, aku tahu betapa besarnya terang yang diberikan Allah kepada imam ini. Ini meneguhkan keyakinanku bahwa Allah lewat dia akan melaksanakan karya ini meskipun ada halangan-halangan yang menggunung. Aku tahu dengan baik bahwa semakin besar dan semakin indah suatu karya, akan semakin dahsyat badai yang akan menerpanya. 

(1402) 

Dalam ketetapan-ketetapan yang tidak terselami, Allah sering kali membiarkan bahwa orang-orang yang telah mencurahkan banyak upaya untuk memenuhi suatu karya tidak menikmati buah-buahnya di dunia ini; Allah menangguhkan seluruh sukacita mereka ke alam abadi. Sungguh, Allah kadang-kadang mengizinkan mereka tahu betapa usaha-usaha itu sangat menyenangkan Hati-Nya. Saat-saat seperti itu menguatkan mereka untuk berjuang dan berusaha lebih lanjut. Itulah jiwa-jiwa yang menyandang kemiripan paling jelas dengan Sang Juru Selamat: dalam karya yang Ia bangun di dunia ini, hanya kepahitan melulu yang Ia nikmati. 

(1403) 

O Yesusku, kiranya Engkau dimuliakan karena segala sesuatu! Aku bersukacita bahwa kehendak-Mu yang paling kudus sedang digenapi. Ini sudah sangat cukup untuk membuat aku merasa bahagia. 

(1404) 

Ya Yesus yang tersembunyi, dalam Diri-Mulah seluruh kekuatanku. Sejak usiaku yang masih sangat belia, Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus telah menarik aku kepada diri-Nya. Pernah, ketika aku berusia tujuh tahun, pada suatu Ibadat Sore yang dilaksanakan di hadapan Tuhan Yesus yang bersemayam dalam monstran, untuk pertama kalinya kasih Allah dicurahkan kepadaku dan memenuhi hatiku yang kecil; dan Tuhan memberikan kepadaku paham tentang hal-hal ilahi. Sejak hari itu sampai sekarang, kasihku kepada Allah yang tersembunyi terus berkembang sampai mencapai titik keintiman yang paling mesra. Seluruh kekuatan jiwaku mengalir dari Sakramen Mahakudus. Aku menghabiskan semua waktu luangku dalam percakapan dengan Dia. Ia adalah Guruku. 

(1405) 

30 November 1937. 

Petang ini, ketika aku menaiki tangga, tiba-tiba hatiku dikuasai oleh perasaan tidak senang yang aneh terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah. Tiba-tiba, aku mendengar setan berkata kepadaku, 

“Jangan lagi memikirkan karya ini. Allah itu tidak maharahim seperti yang engkau katakan. Jangan berdoa untuk orang-orang berdosa sebab bagaimana pun juga mereka akan dihukum, dan dengan karya kerahiman ini engkau menjerumuskan diri ke dalam hukuman. Jangan berbicara lagi tentang kerahiman Allah dengan bapak pengakuanmu, khususnya dengan Pastor Sopocko dan Pastor Andrasz.” 

Sekilas, suara itu tampak dalam wujud Malaikat Pelindungku, dan pada saat itu juga aku menjawab, 

“Aku tahu siapa engkau; bapa segala tipu daya.” 

Aku membuat tanda salib, dan malaikat itu lenyap dengan kegarangan dan keganasan yang mengerikan. 

(1406) 

Hari ini, Tuhan menyatakan dalam batinku bahwa Ia tidak pernah akan meninggalkan aku. Ia membiarkan aku mengenal keagungan dan kekudusan-Nya, juga kasih dan kerahiman-Nya terhadap aku; dengan jelas, Ia memperlihatkan kepadaku kejahatanku sendiri. Tetapi, kepapaanku yang besar ini tidak melenyapkan harapanku. Sebaliknya, semakin baik aku mengetahui kepapaanku, semakin kuatlah harapanku akan kerahiman Allah. Kini aku tahu bahwa tidak seorang pun akan menyentuh sehelai rambutku pun kalau Tuhan tidak menghendakinya. 

(1407) 

Hari ini, ketika menyambut komuni kudus, aku menyaksikan di dalam piala ada Hosti Hidup, yang diberikan imam kepadaku. Ketika aku kembali ke tempat dudukku aku bertanya kepada Tuhan, 

“Mengapa hanya satu Hosti yang hidup? Bukankah Engkau hidup dalam setiap Hosti?” 

Tuhan menjawab kepadaku, 

“Memang benar, Aku ada dalam setiap Hosti. Tetapi, tidak setiap jiwa menyambut Aku dengan iman yang hidup seperti engkau, Putri-Ku, dan karena itu Aku tidak dapat berkarya dalam jiwa mereka seperti Aku berkarya dalam jiwamu.” 

(1408) 

Aku hadir dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Sopocko. Dalam misa ini, aku melihat Kanak-kanak Yesus, yang menyentuh dahi imam itu dengan jari-Nya, berkata kepadaku, 

“Pikirannya sangat erat bersatu dengan pikiran-Ku, maka tenanglah sehubungan dengan karya-Ku. Aku tidak akan membiarkan dia melakukan suatu kesalahan, dan engkau hendaknya tidak melakukan suatu pun tanpa izinnya.” 

Suara ini memenuhi jiwaku dengan damai yang teduh dalam kaitan dengan segala sesuatu yang harus dilakukan dengan karya ini. 

(1409) 

Hari ini, Tuhan Yesus membuat aku menyadari kehadiran-Nya dan merasakan kasih serta perhatian-Nya yang paling mesra terhadap aku. Ia menuntun aku sampai aku memahami dengan jelas bagaimana segala sesuatu bergantung pada kehendak-Nya, dan bagaimana Ia membiarkan kesulitan-kesulitan tertentu justru untuk meningkatkan ganjaran kita sehingga kesetiaan kita dapat menjadi lebih kokoh. Dan lewat semua ini, aku telah diberi kekuatan untuk menanggung penderitaan dan melakukan penyangkalan diri. 

(1410) 

Hari ini [7 Desember 1937] adalah vigili Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. 

Di tengah makan siang, dalam sekejap, Allah memperlihatkan keagungan masa depanku, yakni kedekatan-Nya denganku, yang untuk selama-lamanya tidak akan diambil dariku. Ia menyatakan hal ini dengan cara yang sedemikian jelas dan nyata sehingga aku terus diselubungi oleh kehadiran-Nya untuk waktu yang lama, sambil merendahkan diriku di hadapan keagungan-Nya.

Y.M.Y. 

(1411) 

O Roh ilahi, Roh kebenaran dan Roh terang, tinggallah selalu dalam jiwaku dengan rahmat ilahi-Mu. Semoga embusan-Mu mengenyahkan kegelapan, dan, dalam terang-Mu itu, semoga perbuatan baik dilipat-gandakan. 

O Roh ilahi, Roh kasih dan Roh kerahiman, yang mencurahkan balsam pengharapan ke dalam hatiku, rahmat-Mu meneguhkan jiwaku dalam kebaikan, sambil memberinya ketekunan yang tak terkalahkan. 

O Roh ilahi, Roh damai dan sukacita, Engkau memuaskan hatiku yang dahaga dan mencurahkan ke dalamnya sumber kasih Allah yang hidup, dengan membuatnya tidak gentar untuk bertempur. 

O Roh ilahi, tamu jiwaku yang paling ramah, dari pihakku, aku ingin tetap setia kepada-Mu; baik pada hari-hari sukcita maupun dalam sakratulmaut penderitaan, aku ingin, o Roh Allah, selalu hidup di hadirat-Mu. 

O Roh ilahi, yang meresapi seluruh pribadiku dan membuat aku mengenal kehidupan Tritunggal Ilahi-Mu, Engkau membuka bagiku misteri hakikat ilahi-Mu, dan dalam kesatuan dengan-Mu, aku akan menghayati hidup tanpa akhir. 

(1412) 

Dengan gairah besar, aku telah mempersiapkan perayaan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Aku melakukan usaha ekstra untuk tetap hening dalam roh dan merenungkan anugerah khusus yang diterima Bunda kita. Dengan demikian hatiku sepenuhnya tenggelam di dalam dia, sambil bersyukur kepada Allah karena sudah berkenan memberikan anugerah besar ini kepada Maria. 

(1413) 

Aku mempersiapkan diri tidak hanya lewat novena yang dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh Kongregasi; aku juga melakukan usaha pribadi untuk menyapa Maria seribu kali setiap hari, dengan mengucapkan seribu “Salam Maria” selama sembilan hari untuk memujinya. 

Inilah kali ketiga aku mengadakan novena kepada Bunda Allah yang demikian, yakni novena yang terdiri atas seribu Salam Maria setiap hari. Dengan demikian, seluruh novena mencakup sembilan ribu Salam Maria. Dalam hidupku, sudah tiga kali aku melaksanakan novena ini, dua di antaranya sambil melaksanakan tugas-tugasku. Tetapi, aku tetap berhasil melaksanakan tugas-tugasku dengan ketelitian yang paling besar. Aku selalu mengucapkan novena di luar latihan rohaniku; artinya, aku tidak pernah mendaras Salam Maria dalam misa kudus atau dalam kebaktian kepada Sakramen Mahakudus. Pernah aku melakukan novena selama terbaring di rumah sakit. Kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Di luar waktu rekreasi, kesibukanku hanyalah berdoa dan bekerja. Selama hari-hari itu, tidak pernah aku mengucapkan satu kata pun yang tidak perlu. Memang, aku harus mengakui bahwa masalah seperti itu menuntut perhatian dan usaha yang keras; tetapi tidak ada suatu pun kuanggap terlalu banyak kalau itu menyangkut penghormatan kepada Perawan yang tak bernoda. 

(1414) 

Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Sebelum komuni kudus, aku melihat Bunda Suci, indah tak terperikan. Sambil tersenyum manis, ia berkata kepadaku, 

“Putri-Ku, atas perintah Allah aku menjadi Ibumu dengan cara yang khusus dan istimewa; aku ingin agar engkau pun secara istimewa menjadi anakku.” 

(1415) 

“Aku ingin, Putri-Ku yang sangat kukasihi, agar engkau mengamalkan tiga keutamaan yang kuanggap paling berharga - dan paling menyenangkan Allah. 

  • Yang pertama adalah kerendahan hati, kerendahan hati, dan sekali lagi kerendahan hati;
  • keutamaan yang kedua adalah kemurnian;
  • keutamaan yang ketiga adalah kasih akan Allah.

Sebagai putriku, engkau harus memancarkan ketiga keutamaan ini secara istimewa.” 

Ketika percakapan berakhir, Maria mendekapkan aku ke hatinya lalu menghilang. 

(1416) 

Ketika semua indraku kembali berfungsi, hatiku menjadi luar biasa tertarik kepada ketiga keutamaan ini; dan aku mengamalkannya dengan setia. Keutamaan-keutamaan itu seolah-olah terukir di dalam hatiku. Hari ini merupakan hari yang penting bagiku. Sepanjang hari ini, aku seolah-olah tinggal dalam kontemplasi yang tanpa henti; pemikiran mengenai rahmat ini menarik aku lebih jauh ke dalam kontemplasi; dan sepanjang seluruh hari, aku terus berada dalam doa syukur yang tidak pernah berhenti sebab setiap kali memikirkan rahmat ini hatiku selalu kembali membenamkan diri dalam Allah ... 

(1417) 

O Tuhanku, jiwaku adalah yang paling jahat dari semua jiwa, tetapi Engkau masih sudi merunduk kepadanya dengan kebaikan yang sedemikian besar! Aku melihat dengan jelas keagungan-Mu dan kekecilanku, dan karena itu aku bersukacita bahwa Engkau sedemikian kuat dan tanpa batas, dan aku pun sangat bersukacita karena aku ini sedemikian kecil. 

(1418) 

O Kristus yang menderita, aku keluar untuk menjumpai Engkau. Sebagai mempelai-Mu, aku ingin menyerupai Engkau. Mantol-Mu, yakni mantol penghinaan, harus menyelubungi aku juga. 

O Kristus, Engkau tahu betapa bernyala-nyala keinginanku untuk menjadi seperti Engkau. Biarlah seluruh Sengsara-Mu menjadi bagianku. Semoga seluruh dukacita-Mu ditumpahkan ke dalam hatiku. Aku percaya bahwa Engkau akan memenuhinya di dalam diriku dengan cara yang Kauanggap paling cocok. 

(1419) 

Hari ini ada adorasi malam. AKu tidak dapat ikut serta karena kesehatanku yang memprihatinkan, tetapi sebelum tertidur aku menyatukan diri dengan para suster yang mengikuti adorasi. Antara pukul empat dan lima, tiba-tiba aku terbangun, dan aku mendengar suatu suara yang menyuruh aku menggabungkan diri dengan mereka yang sedang beradorasi pada jam itu. Aku tahu di antara mereka ada satu jiwa yang sedang mendoakan aku. 

(1420) 

Ketika aku membenamkan diri dalam doa, dalam roh aku dibawa ke kapel. Di sana aku melihat Tuhan Yesus, bertakhta dalam monstrans. Pada tempat monstrans itu berada, aku melihat wajah Tuhan yang mulia, dan Ia berkata kepadaku, 

“Apa yang engkau lihat secara nyata, itulah yang dilihat jiwa-jiwa ini dalam iman. Oh, betapa menyenangkan Hati-Ku iman mereka yang begitu teguh! Meskipun tampaknya tidak ada tanda-tanda kehidupan-Ku di dalam Hosti kudus, engkau tahu bahwa pada kenyataannya Aku hadir secara penuh dalam setiap dan masing-masing Hosti. Tetapi, supaya Aku dapat berkarya pada jiwa, jiwa itu harus memiliki iman. O betapa menyenangkan Hati-Ku iman yang hidup!” 

(1421) 

Mereka yang ambil bagian dalam adorasi pada jam itu adalah Muder Superior dan beberapa suster lain. Tetapi, aku tahu bahwa doa Muder Superiorlah yang telah menggerakkan surga, dan aku bersukacita bahwa ada jiwa-jiwa yang sedemikian menyenangkan Hati Allah. 

(1422) 

Dalam rekreasi hari berikutnya, ketika aku bertanya kepada suster mengenai siapa saja yang melaksanakan adorasi antara pukul empat dan lima, salah seorang suster berteriak, 

“Mengapa engkau tanyakan itu, Suster? Barangkali engkau mendapat penglihatan?” 

Aku terdiam dan tidak berkata-kata lagi; meskipun aku ditanya oleh Muder Superior, aku tidak menjawab sebab saat itu bukan saat yang tepat. 

(1423) 

Pada suatu kesempatan, salah seorang suster menyampaikan kepadaku bahwa ia ingin memilih imam tertentu sebagai bapak pengakuannya. Dengan wajah berseri-seri, ia berbagi keinginannya itu dengan aku dan meminta aku untuk berdoa demi maksud itu. Maka aku berjanji kepadanya untuk mendoakannya. Dalam doa, aku tahu bahwa jiwa itu tidak akan memperoleh manfaat rohani dari bimbingannya. Maka, ketika kami bertemu lagi, ia menceritakan kepadaku bahwa ia sangat bersukacita karena dibimbing oleh imam itu. 

(1424) 

Aku ikut bersukacita bersama dia, tetapi ketika ia pergi aku sungguh merasa bersalah. Yesus menyuruh aku memberitahukan kepadanya bahwa Ia telah memberikan pengertian kepadaku sewaktu aku berdoa; hal itu aku lakukan pada kesempatan pertama meskipun itu menuntut pengurbanan berat dariku. 

(1425) 

Hari ini, untuk waktu yang singkat, aku mengalami rasa sakit seperti ditusuk-tusuk oleh mahkota duri. Waktu itu aku sedang mendoakan jiwa tertentu di hadapan Sakramen Mahakudus. Serta merta, aku merasakan rasa sakit yang sedemikian nyeri sehingga kepalaku terjatuh pada bangku komuni. Memang saat ini sangat singkat, tetapi sakit yang kurasakan sangat nyeri. 

(1426) 

Ya Kristus, berikanlah jiwa-jiwa itu kepadaku! Apa pun juga yang Kaukehendaki menimpa aku, sebagai imbalan, berikanlah jiwa-jiwa itu kepadaku. Aku menginginkan keselamatan jiwa-jiwa itu. Aku ingin agar jiwa-jiwa itu mengenal kerahiman-Mu. Aku tidak lagi memiliki suatu pun bagi diriku sendiri sebab aku telah memberikan segala sesuatu kepada jiwa-jiwa. Oleh karena itu, pada hari penghakiman, aku akan berdiri di hadapan-Mu dengan tangan kosong sebab aku telah membagi-bagikan segala sesuatu kepada jiwa-jiwa. Dengan demikian, pada diriku Engkau tidak akan menemukan suatu pun untuk Kauhakimi, dan pada hari itu kita akan saling bertemu: kasih dan kerahiman .... 

Y.M.Y. 

(1427) 

Yesus yang tersembunyi, kehidupan jiwaku, sasaran kerinduanku yang bernyala-nyala, tak suatu pun akan memadamkan kasih-Mu dalam hatiku. Kuatnya saling cinta antara kita meyakinkan aku akan hal itu. 

Yesus yang tersembunyi, jaminan kebangkitanku yang mulia, seluruh hidupku terpusat pada-Mu. Engkaulah, o Hosti, yang menguatkan aku untuk mengasihi tanpa henti, dan sebagai imbalan aku tahu bahwa Engkau akan mengasihi aku sebagai anak-Mu. 

Yesus yang tersembunyi, kasihku yang paling murni, hidupku bersama-Mu sudah dimulai di bumi ini, dan akan dinyatakan secara penuh di alam abadi yang akan datang, sebab cinta timbal balik kita tidak pernah akan berubah. 

Yesus yang tersembunyi, satu-satunya kerinduan jiwaku, bagiku Engkau sendiri melebihi sukacita surgawi. Lebih dari segala karunia dan rahmat, hanya Engkau yang dinantikan jiwaku Engkau yang datang kepadaku dalam rupa roti. 

Yesus yang tersembunyi, kini ambillah hatiku yang dahaga, yang bernyala-nyala merindukan Engkau dengan api murni Serafim. AKu meniti kehidupan dengan mengikuti jejak-Mu, tak terkalahkan, dengan kepala tegak, laksana ksatria, meskipun aku ini hamba yang rapuh. 

(1428) 

Selama sebulan ini, aku merasa kesehatanku semakin menurun. Setiap kali aku batuk, aku merasa paru-paruku terkoyak. Kadang-kadang terjadi bahwa aku merasa tubuhku sendiri sudah menjadi mayat. Hampir tidak dapat diungkapkan betapa beratnya penderitaan ini. Memang, aku sepenuhnya menerima penderitaan ini; tetapi, bagaimana pun juga, secara kodrati penderitaan ini adalah penderitaan yang berat, lebih berat daripada mengenakan kemeja kasar atau mencambuk diri sampai darah bercucuran. Aku merasakan penderitaan itu sangat nyeri ketika aku pergi ke ruang makan. AKu harus berusaha keras untuk makan sesuatu sebab makanan itu membuatku sakit. Pada waktu itu, aku juga mulai menderita karena penyakit usus. Semua hidangan yang sangat lezat menyebabkan aku merasa sakit luar biasa; bukan semalam saja aku alami sakit luar biasa sambil mencucurkan air mata, demi keselamatan orang-orang berdosa. 

(1429) 

Maka, aku bertanya kepada bapak pengakuanku apa yang harus kulakukan: apakah aku akan terus menderita seperti ini demi keselamatan orang-orang berdosa atau minta kepada para superior untuk membebaskan aku dari penderitaan itu dengan makanan yang lebih lunak. Ia memutuskan bahwa aku hendaknya minta kepada para superior untuk mendapatkan makanan yang lebih lunak. Dan dengan demikian, aku mengikuti arahan-arahannya, sambil melihat bahwa penghinaan ini akan lebih menyenangkan Allah. 

(1430) 

Suatu hari, aku mulai ragu-ragu bagaimana bagaimana mungkin aku dapat terus-menerus merasakan pembusukan tubuh ini dan pada saat yang sama harus tetap berjalan dan bekerja. Bukankah ini semacam ilusi? Tetapi, tidak mungkin itu merupakan suatu ilusi sebab rasa sakit yang ditimbulkannya sungguh sangat nyeri. Sementara aku memikirkan hal ini, salah seorang suster datang untuk sebentar berbicara dengan aku. Sesudah satu dua menit, ia menunjukkan wajah yang sangat mengerikan dan berkata, 

“Suster, di sini aku mencium bau bangkai, yang sedang membusuk. O betapa mengerikan!” 

Aku berkata kepadanya, 

“Jangan takut, Suster, bau bangkai itu berasal dariku.” 

Ia sangat terkejut dan berkata bahwa ia tidak dapat bertahan lebih lama. Sesudah ia pergi, aku tahu bahwa Allah telah membiarkan dia merasakan semua ini sehingga aku tidak memiliki keragu-raguan sedikit pun; tetapi lebih mengagumkan lagi bahwa Ia tetap menyembunyikan penderitaan ini dari seluruh Kongregasi. O Yesusku, hanya Engkau yang mengetahui sepenuhnya beratnya pengurbananku ini. 

(1431) 

Tetapi, di ruang makan, aku masih sering harus menjadi sasaran kecurigaan bahwa aku terlalu pilih-pilih [mengenai makananku]. Pada saat seperti itu, seperti biasanya, aku bergegas pergi ke tabernakel dan bersujud di hadapan sibori dan di sana menimba kekuatan untuk menerima kehendak Allah. Apa yang aku tulis ini belumlah semuanya. 

(1432) 

Hari ini, dalam pengakuan dosa, sambil berbagi oplatek denganku secara rohani, imam menyampaikan harapan berikut kepadaku, 

“Jadilah sesetia mungkin kepada rahmat Allah; mintalah kerahiman Allah bagi dirimu sendiri dan bagi seluruh dunia sebab kita semua sangat membutuhkan kerahiman Allah.” 

(1433) 

Dua hari menjelang Natal, kata-kata ini dibacakan di ruang makan, 

“Besok pagi adalah hari Kelahiran Yesus Kristus menurut daging.” 

Mendengar kata-kata ini, jiwaku serasa ditembus oleh terang dan kasih Allah, dan aku memperoleh pengetahuan yang lebih cerah mengenai misteri inkarnasi [Putra Allah]. Betapa besarnya kerahiman Allah yang terkandung dalam misteri Inkarnasi Putra Allah! 

(1434) 

Hari ini, Tuhan membuat aku memahami murka-Nya terhadap umat manusia; sepantasnya hari-hari hidup mereka diperpendek karena begitu banyaknya dosa mereka. Tetapi, aku tahu bahwa keberadaan dunia ditopang oleh jiwa-jiwa terpilih, yakni, kongregasi-kongregasi hidup membiara. Celakalah dunia kalau tidak ada Kongregasi hidup membiara! 

Y.M.Y. 

(1435) 

Setiap tindakan kulakukan sambil menghadapi kematian. Aku bertindak saat ini sebagaimana aku ingin melihatnya pada hari terakhirku. Meskipun hidup ini seperti angin, berlalu dengan kencang, tetapi tidak ada perbuatan yang dilakukan demi Allah yang akan binasa. 

Aku merasakan pembusukan seluruh organ tubuhku, meskipun aku masih hidup dan bekerja. Kematian tidak akan menjadi tragedi bagiku, sebab aku sudah lama merasakannya. 

Terus-menerus mencium bau tubuh sendiri secara alami sangat tidak menyenangkan. Tetapi tidaklah begitu mengerikan kalau jiwa dipenuhi terang Allah, sebab dalam iman dan harapan, dibangkitkanlah kasih dan pertobatan. Setiap hari aku berusaha keras untuk ambil bagian dalam kehidupan komunitas, sambil memperoleh rahmat untuk keselamatan jiwa-jiwa, sambil melindungi mereka dari api neraka dengan pengurbananku. 

Demi keselamatan satu jiwa pun, sangat berharga pengurbanan sepanjang hayat dan penderitaan serta siksaan yang paling berat; sungguh besar kemuliaan yang ditimbulkannya bagi Allah. 

(1436) 

Tuhan, memang Engkau sering memperlihatkan kepadaku gelegar amarah-Mu. Tetapi, berhadapan dengan jiwa-jiwa yang rendah hati, murka-Mu lenyap seketika. Memang Engkau sangat agung, ya Tuhan, tetapi Engkau membiarkan diri-Mu dikuasai oleh jiwa yang papa dan sangat rendah hati. 

O kerendahan hati, keutamaan yang paling berharga, betapa sedikitnya jiwa-jiwa yang memiliki engkau! Di mana-mana aku hanya menyaksikan sesuatu yang mirip dengan keutamaan ini, tetapi tidak pernah menyaksikan keutamaan kerendahan hati sendiri. Tuhan, surutkanlah aku ke dalam kehampaan sehingga aku dapat menemukan rahmat di dalam pandangan para kudus-Mu. 

(1437) 

Malam Natal [1937]. 

Sesudah komuni kudus, Bunda Allah membuatku merasakan kecemasan yang ia rasakan dalam hati demi Putra Allah. Tetapi, kecemasan ini diresapi dengan harumnya penyerahan diri kepada kehendak Allah; maka aku lebih senang menyebut kecemasan itu sebagai sukacita. AKu memahami bagaimana jiwaku harus menerima kehendak Allah dalam segala sesuatu. Sayang sekali aku tidak dapat menuliskannya sebagaimana aku mengalaminya. Sepanjang hari, jiwaku tenggelam dalam permenungan yang khusyuk. Tidak suatu pun dapat mengganggu permenunganku ini, baik tugas maupun kesibukanku dalam hubungan dengan orang-orang awam. 

(1438) 

Sebelum makan malam, aku pergi ke kapel sejenak untuk berbagi oplatek secara rohani dengan orang-orang yang kukasihi, yang sedemikian dekat di hatiku meskipun mereka berada di tempat yang jauh. AKu membenamkan diri dalam doa yang khusyuk dan memohon rahmat Tuhan bagi mereka semua sebagai kelompok dan kemudian bagi masing-masing sebagai pribadi. Yesus menunjukkan kepadaku betapa hal ini sangat menyenangkan Hati-Nya, dan jiwaku dipenuhi dengan sukacita yang bahkan lebih besar karena menyaksikan bahwa Allah sungguh mengasihi orang-orang yang kita kasihi. 

(1439) 

Ketika kami berada di ruang makan, pada waktu mendengarkan bacaan, aku merasakan seluruh diriku terbenam di dalam Allah. Secara batin, aku melihat Allah memandang kami dengan perkenan yang besar. AKu sendirian bersama Bapa surgawi. Pada saat itu, aku memiliki pengetahuan yang lebih jelas mengenai ketiga Pribadi Ilahi, yang akan kita pandang sepanjang masa dan, sesudah jutaan tahun, kita baru akan mengerti bahwa kita mulai memandangnya. Oh, betapa besarnya kerahiman Allah, yang mengizinkan manusia ambil bagian begitu besar dalam kebahagiaan ilahi-Nya! Pada saat yang sama, betapa nyeri rasa sakit yang menusuk hatiku [karena memikirkan] bahwa begitu banyak jiwa telah mencampakkan kebahagiaan ini. 

(1440) 

Ketika kami mulai berbagi oplatek, suatu kasih timbal balik yang tulus meraja di tengah kami. Muder Superior mengungkapkan harapan ini kepadaku, 

“Suster, karya-karya Allah berkembang dengan lambat, maka janganlah tergesa-gesa.” 

Secara umum, dengan tulus hati para suster mengharapkan supaya aku beroleh apa yang paling aku inginkan. Aku melihat bahwa harapan-harapan itu sungguh muncul dari hati mereka. Hanya satu orang suster yang menyembunyikan suatu kejahatan di dalam harapannya. Tetapi, hal ini tidak begitu menyakitkan hatiku karena jiwaku dipenuhi dengan kehadiran Allah. Namun, hal ini menjelaskan kepadaku mengaa Allah sedemikian sedikit berkomunikasi dengan suatu jiwa semacam ini, yakni karena jiwa seperti itu selalu mencari dirinya sendiri, juga dalam hal-hal yang suci. Oh, betapa baiknya Tuhan sehingga Ia tidak membiarkan aku sesat! Aku tahu bahwa Ia akan menjaga aku, bahkan dengan cemburu, tetapi hanya sejauh aku tetap kecil sebab hanya dengan jiwa seperti itulah Tuhan yang agung senang bergaul. Sedangkan jiwa-jiwa yang sombong, Ia mengenal dari jauh dan melawan mereka. 

(1441) 

Aku ingin tetap berjaga selama beberapa waktu sebelum misa tengah malam, tetapi aku tidak dapat melakukannya. Dalam waktu singkat, aku tertidur, dan aku bahkan merasa sangat lemah. Tetapi, ketika lonceng misa tengah malam berbunyi, serta merta aku melompat berdiri dan mengenakan pakaian meskipun dengan kesulitan besar sebab aku terus-menerus merasa sakit. 

(1442) 

Pada misa tengah malam, sejak awal aku membenamkan diri dalam permenungan yang khusyuk; selama permenungan itu, aku melihat kandang Betlehem dipenuhi dengan cahaya terang benderang. Perawan kudus, yang sama sekali tenggelam dalam kasih yang mendalam, sedang membedung Bayi Yesus dengan lampin, sedangkan St.Yosef masih tidur. Baru sesudah Bunda Allah membaringkan Yesus di palungan, terang Allah membangunkan Yosef, yang kemudian juga berdoa. Tetapi, tidak lama kemudian, aku ditinggalkan sendirian bersama Bayi Yesis yang mengulurkan tangan mungil-Nya kepadaku, dan aku tahu bahwa Dia minta kugendong. Yesus mendekapkan kepala-Nya ke hatiku dan lewat tatapan mata-Nya yang dalam-dalam, Ia membuat aku tahu betapa senangnya Ia berada di dekat hatiku. Kemudian Yesus menghilang dan berbunyilah lonceng komuni kudus. Jiwaku meluap dengan sukacita. 

(1443) 

Tetapi, menjelang akhir misa, aku merasa sedemikian lemah sehingga aku harus meninggalkan kapel dan pergi ke kamarku; aku merasa tidak mampu ambil bagian dalam acara minum teh bersama komunitas. Tetapi, sukacitaku sepanjang masa Natal sungguh luar biasa sebab jiwaku tak henti-hentinya disatukan dengan Tuhan. Kini aku mengetahui bahwa setiap jiwa senang mendapatkan penghiburan ilahi, tetapi untuk itu ia harus rela meninggalkan penghiburan-penghiburan manusiawi karena keduanya tidak dapat diperdamaikan. 

(1444) 

Dalam masa Natal ini, aku merasakan bahwa jiwa-jiwa tertentu telah mendoakan aku. AKu bersukacita bahwa kesatuan dan pengetahuan rohani seperti itu sudah kurasakan di dunia ini. O Yesusku, terpujilah Engkau karena semua ini! 

(1445) 

Dalam siksaan-siksaan jiwa yang paling berat, aku selalu merasa sendirian - tetapi sebenarnya tidak sendirian sebab aku bersama dengan Engkau, ya Yesus, di sini aku berbicara tentang orang [lain]. Tidak seorang pun dari mereka memahami hatiku, tetapi hal ini tidak lagi mengherankan aku; memang dulu aku heran kalau maksud-maksudku ditolak dan ditafsirkan secara salah; tetapi, sekarang hal ini sama sekali tidak mengherankan aku. Manusia tidak tahu bagaimana memahami jiwa. Mereka melihat yang serba lahiriah, dan mereka menilai menurut hal yang serba lahiriah. Tetapi, sebagaimana jauhnya langit dari bumi, demikian jauhnya pikiran-pikiran Allah dari pikiran-pikiran kita. Aku sendiri sangat sering mengalami bahwa [...] 

(1446) 

Tuhan berkata kepadaku, 

“Hendaknya tidak engkau pedulikan bagaimana orang lain bertindak; engkau harus menjadi cermin-Ku yang hidup, lewat kasih dan kerahiman.” 

Aku menjawab, 

“Tetapi, Tuhan, mereka sering memanfaatkan kebaikanku.” 

“itu tidak masalah, Putri-Ku. Itu bukan urusanmu. Untuk engkau sendiri, hendaklah engkau selalu berbelas kasih terhadap orang lain, dan khususnya terhadap orang-orang berdosa.” 

(1447) 

“Oh, betapa menyakitkan Hati-Ku bahwa banyak jiwa sedemikian jarang menyatukan diri dengan-Ku dalam komuni kudus. Aku menantikan jiwa-jiwa itu, tetapi mereka acuh tak acuh terhadap Aku. Aku mengasihi mereka dengan mesra dan tulus, tetapi mereka tidak percaya kepada-Ku. Aku ingin melimpahkan rahmat-Ku kepada mereka, tetapi mereka tidak mau menerimanya. Mereka memperlakukan aku sebagai barang mati, padahal Hati-Ku penuh dengan kasih dan kerahiman. Agar engkau dapat mengetahui sekurang-kurangnya sebagian dari penderitaan-Ku, bayangkanlah ibu yang paling penuh kasih; ia sangat mengasihi anak-anaknya, tetapi anak-anak itu mencampakkan kasihnya. Bayangkan kepedihan hatinya. Tidak seorang pun mampu menghibur dia. Itulah gambaran dan lukisan samar mengenai kasih-Ku.” 

(1448) 

“Tulislah, berbicaralah tentang kerahiman-Ku. Tunjukkanlah kepada jiwa-jiwa di mana mereka harus mencari penghiburan; yakni dalam Sidang Kerahiman (Sakramen Rekonsiliasi). Di sana mukjizat yang terbesar terjadi, [dan] tak henti-hentinya diulangi. Untuk mengalami sendiri mukjizat ini, tidak perlu orang pergi menempuh perjalanan ziarah yang jauh atau melaksanakan sejumlah upacara lahiriah; cukuplah datang ke kaki wakil-Ku dengan penuh iman dan mengungkapkan kepapaannya; maka mukjizat Kerahiman Ilahi pun akan tampak sepenuhnya. Meskipun suatu jiwa tampaknya sudah seperti mayat yang membusuk sehingga dari sudut pandang manusia tidak ada [harapan untuk] pemulihan dan segala sesuatu tampaknya sudah musnah, tidaklah demikian dengan Allah. Mukjizat Kerahiman Ilahi sepenuhnya memulihkan jiwa itu. 

Oh, betapa memprihatinkan mereka yang tidak memanfaatkan mukjizat kerahiman Allah ini! Kalian akan berteriak dengan sia-sia, tetapi semua itu sudah terlambat.” 

Y.M.Y.

Tahun 1938 Tanggal Satu Januari 

(1449) 

Selamat datang, Tahun baru. Dalam peredaranmu, kesempurnaanku akan digenapi. Terima kasih sebelumnya kepada-Mu, o Tuhan, atas segala sesuatu yang Kaulimpahkan kepadaku karena kebaikan-Mu. Terima kasih atas piala penderitaan yang akan kuminum setiap hari. Jangan mengurangi kepahitannya, o Tuhan, tetapi kuatkanlah bibirku supaya, ketika meminum kepahitan itu, bibirku tahu bagaimana tersenyum karena kasihku kepada-Mu, Guruku. Aku berterima kasih kepada-Mu atas semua penghiburan dan rahmat-Mu yang tak terbilang yang mengalir kepadaku setiap hari laksana embun pagi, pelan-pelan, diam-diam sehingga tak dilihat oleh mata yang ingin tahu; yang mengetahuinya hanya Engkau dan aku, o Tuhan. Atas semua itu, hari ini aku bersyukur kepada-Mu sebab pada hari Engkau menyerahkan piala kepahitan itu kepadaku, barangkali hatiku tidak mampu mengucap syukur. 

(1450) 

Maka, dengan penuh kasih, hari ini aku menyerahkan diriku seutuhnya kepada kehendak kudus-Mu, o Tuhan, dan kepada keputusan-Mu yang paling bijaksana, yang selalu penuh dengan kemurahan dan kerahiman kepadaku meskipun kadang-kadang aku tidak dapat, entah memahami entah menerimanya. 

O Guruku, aku menyerahkan diriku seutuhnya kepada-Mu; Engkau adalah juru mudi jiwaku; kemudikanlah jiwaku seturut kehendak ilahi-Mu. AKu membenamkan jiriku dalam Hati-Mu yang penuh belas kasihan yang adalah samudra kerahiman yang tak terselami.

 

Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku

Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku (Audio)

Refleksi Harian Kerahiman Ilahi