-->

Catatan Harian St.Faustina: 201 - 250

KERAHIMAN ILAHI DALAM JIWAKU

Buku Catatan Harian Abdi Allah

Santa Maria Faustina Kowalska

anggota Kaul Kekal dari

Kongregasi Santa Perawan Maria Berbelas Kasih

 

Buku 1

Catatan Harian : 201 - 250

(201) 

Aku ingin menyembunyikan diriku sedemikian rupa sehingga tidak ada satu makhluk pun yang dapat mengetahui hatiku. Yesus, hanya Engkau yang mengetahui hatiku dan memilikinya seluruhnya dan seutuhnya. Tidak seorang pun mengetahui rahasia kita. Kita mengenal satu sama lain dengan satu tatapan. Sejak saat kita mulai mengenal satu sama lain, aku telah menjadi bahagia. Keagungan-Ku memenuhi hati-Ku. O Yesus, ketika aku berada di tempat yang paling bawah, yang lebih rendah daripada para postulan, juga yang paling muda di antara mereka, aku merasa bahwa aku berada di tempat yang tepat. Aku tidak tahu bahwa Tuhan telah menempatkan begitu banyak kebahagiaan di sudut-sudut kecil yang tak mencolok ini. Kini, aku paham bahkan di dalam penjara pun, dari hati yang murni dapat memancar kepenuhan cinta akan Dikau, o Tuhan! Bagi cinta yang murni, hal-hal lahiriah tidak ada artinya; cinta yang murni menembus semua itu. Entah pintu penjara entah gerbang surga tidak cukup kuat untuk menghentikannya. Cinta mencapai Allah sendiri, dan tidak ada suatupun yang dapat memadamkannya. Ia tidak mengenal rintangan; ia bebas seperti seorang ratu; ia bebas melintasi segala tempat. Kematian sendiri pun harus menundukkan kepada di hadapannya....

(202) 

Hari ini, saudariku datang mengunjungi aku. Ketika ia menyampaikan kepadaku rencana-rencananya, aku merasa ngeri. Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi? Jiwa mungil yang begitu elok di hadapan Tuhan, sudah diliputi oleh kegelapan yang pekat, dan ia tidak tahu bagaimana menolong dirinya sendiri. Ia memiliki pandangan yang gelap tentang segala sesuatu. Allah yang mahabaik mempercayakan dia kepada rawatanku, dan selama dua pekan aku dapat bekerja bersama dia. Tetapi, betapa banyaknya pengurbanan yang harus kutanggung karena jiwa ini. Tidak satu jiwa pun yang aku bela dengan sedemikian banyak pengurbanan dan penderitaan serta doa di hadapan takhta Allah seperti yang kulakukan bagi jiwa ini. Aku merasa bahwa aku telah memaksa Allah untuk memberikan rahmat kepadanya. Ketika aku merenungkan semua ini, aku tahu bahwa itu sungguh suatu mukjizat. Kini, aku dapat melihat betapa besarnya kekuatan doa pengantaraan di hadapan Allah.

(203) 

Kini, selama Masa Prapaskah ini, aku sering mengalami sengsara Tuhan di dalam tubuhku sendiri. Aku mengalami sungguh-sungguh di dalam hatiku semua yang diderita Yesus meskipun tidak ada tanda-tanda lahiriah yang mengungkapkan penderitaan-penderitaanku. Hanya bapak pengakuanku yang tahu mengenai semua ini.

(204) 

Suatu percakapan singkat dengan Muder Pembimbing. Ketika aku bertanya kepadanya mengenai beberapa hal khusus sehubungan dengan perkembangan hidup rohani, Muder yang suci ini menjawab segala sesuatu dengan sangat jelas. Ia berkata kepadaku,

“Kalau Suster terus bekerja sama dengan rahmat Allah dengan cara ini, maka tinggal satu langkah lagi Suster mencapai kesatuan mesra dengan Allah. Suster tahu yang aku maksud dengan ini? Ini berarti bahwa yang menjadi ciri khas Suster haruslah kesetiaan kepada rahmat Tuhan. Tidak semua jiwa dituntun Allah meniti jalan seperti ini.”

(205) 

Kebangkitan. Hari ini, dalam [Misa] Kebangkitan, aku melihat Tuhan Yesus di tengah cahaya yang gilang gemilang. Ia mendekati aku dan berkata,

“Damai sertamu, anak-anak-Ku.”

Lalu, Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati [kami]. Luka-luka pada tangan, kaki dan lambung-Nya tampak jelas dan bercahaya. Ketika Ia memandang aku dengan penuh kasih sayang dan cinta yang sedemikian mesra, seluruh jiwaku terbenam di dalam Dia. Dan, Ia berkata kepadaku,

“Engkau telah ambil bagian begitu besar dalam Sengsara-Ku; oleh karena itu, sekarang Aku memberimu bagian yang besar dalam sukacita dan kemuliaan-Ku.”

Seluruh [Misa] Kebangkitan rasanya hanya satu menit bagiku. Suatu perenungan yang menakjubkan memenuhi jiwaku dan berlangsung selama seluruh hari raya Paskah. Kebaikan Yesus sedemikian besar sampai tidak dapat diungkapkan.

(206) 

Hari berikutnya, sesudah komuni, aku mendengar suara yang berkata,

“Putri-Ku, pandanglah lubuk kerahiman-Ku dan pujilah serta muliakanlah kerahiman-Ku ini. Lakukanlah begini: Himpunlah semua orang berdosa dari seluruh dunia dan benamkanlah mereka di dalam lubuk kerahiman-Ku. Aku akan memberikan diri-Ku sendiri kepada jiwa-jiwa itu; Aku mendambakan jiwa-jiwa itu, hai Putri-Ku. Pada hari pesta-Ku, Pesta Kerahiman, engkau harus menjelajah seluruh dunia dan membawa jiwa-jiwa yang layu ke mata air kerahiman-Ku. Aku akan menyembuhkan dan menguatkan mereka.”

(207) 

Hari ini, aku berdoa bagi suatu jiwa yang berada dalam sakratulmaut, yang sedang menghadapi ajal tanpa sakramen-sakramen kudus, padahal ia sangat merindukannya. Tetapi, sudah sangat terlambat. Ia adalah seorang kerabatku, istri pamanku. Ia adalah jiwa yang berkenan di hati Allah. Pada saat iyu, serasa tidak ada jarak antara aku dan dia.

(208) 

Oh, pengurbanan-pengurbanan harian yang kecil, bagiku engkau ibarat bunga-bunga kebun yang kutaburkan di kaki Yesus yang tercinta. Kadang-kadang, aku membandingkan barang-barang sepele ini dengan keutamaan-keutamaan yang perkasa, dan ini terjadi karena kodrat mereka memang menuntut ketahanan dan kepahlawanan.

(209) 

Dalam penderitaanku, aku tidak mencari bantuan pada ciptaan-ciptaan, tetapi Allah adalah segala-galanya bagiku. Meskipun demikian, seringkali aku merasa bahwa Tuhan sendiri pun tidak mendengarkan aku. Aku mempersenjatai diriku dengan kesabaran dan keheningan, seperti seekor merpati yang tidak mengeluh dan tidak bersedih ketika anak-anaknya diambil darinya. Aku ingin terbang tinggi ke sumber panas matahari, dan aku tidak ingin berhenti dalam asapnya. Aku tidak akan menjadi lelah sebab pada-Mulah aku bersandar - hanya Engkau kekuatanku!

(210) 

Dengan sangat mendesak, aku memohon kepada Tuhan agar Ia sudi menguatkan imanku supaya dalam rutinitasku, hidup harianku tidak akan dituntun oleh perasaan manusia tetapi oleh roh. Oh, betapa segala sesuatu menyeret manusia ke bumi! Tetapi, iman yang hidup merawat jiwa tetap di wilayah yang luhur dan menempatkan cinta diri pada tempat yang tepat; yakni tempat paling rendah.

(211) 

Sekali lagi, suatu kegelapan yang mengerikan meliputi jiwaku. Aku merasa bahwa aku jatuh menjadi mangsa khayalan-khayalan. Ketika aku pergi mengaku dosa untuk memperoleh secercah terang dan damai, aku sama sekali tidak menemukannya. Bapak pengakuan meninggalkan aku bahkan dengan keragu-raguan yang lebih besar daripada sebelumnya. Ia berkata kepadaku,

“Aku tidak dapat memastikan kekuatan apa yang bekerja dalam dirimu, Suster; barangkali itu adalah Allah dan barangkali itu adalah roh jahat.”

Ketika aku meninggalkan kamar pengakuan, aku mulai berpikir tentang kata-kata itu. Semakin lama aku memikirkannya, semakin dalam jiwaku tenggelam dalam kegelapan.

“Yesus, apa yang harus kulakukan?”

Ketika Yesus menghampiri aku dengan ramah, aku ketakutan. 

“Apakah Engkau sungguh Yesus?” 

Di satu pihak, aku terserap oleh cinta, di lain pihak, ada rasa takut. Luar biasa siksaan yang menyayatku. Aku tidak dapat melukiskannya!

(212) 

Ketika aku pergi mengaku dosa lagi, aku mendapatkan jawaban,

“Aku tidak mengerti, Suster. Lebih baik Suster tidak datang kepadaku untuk mengaku dosa.”

Ya Allah... aku harus bertindak sedemikian keras terhadap diriku sendiri sebelum aku mengatakan sesuatu mengenai kehidupan rohaniku, dan di sini aku mendapatkan jawaban,

“Suster, aku tidak memahami engkau!”

(213) 

Ketika aku meninggalkan kamar pengakuan, siksaan yang luar biasa berat menimpa aku. Aku pergi ke hadapan Sakramen Mahakudus dan berkata,

“Yesus, tolonglah aku; Engkau melihat betapa lemahnya aku!”

Saat itu, aku mendengar kata-kata ini,

“Aku akan memberi kepadamu pertolongan dalam retret menjelang kaul.”

Dikuatkan oleh kata-kata ini, aku mulai melangkah ke depan tanpa minta nasihat seorang pun. Tetapi, aku sedemikian tidak yakin akan diriku sendiri sehingga aku memutuskan untuk mengakhiri keragu-raguan itu sekali untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, aku menatap ke depan dengan gairah istimewa kepada retret menjelang kaul kekal. Tetapi bahkan berhari-hari sebelum retret, aku terus memohon kepada Allah untuk memberikan terang kepada imam yang akan mendengarkan pengakuanku sehingga ia dapat berkata, sekali untuk selama-lamanya, entah ya entah tidak. Dan aku berpikir dalam hati,

“Aku akan menjadi tenteram sekali untuk selama-lamanya.”

Tetapi, aku terus tertanya-tanya apakah ada orang yang akan rela mendengarkan aku sehubungan dengan semua masalah ini. Dan sekali lagi, aku memutuskan untuk tidak berpikir mengenai semua ini dan untuk percaya penuh pada Tuhan. Kata-kata yang terus mengiang di telingaku adalah “dalam retret.”

(214) 

Kini, segala sesuatu telah siap. Besok pagi, kami akan berangkat ke Krakow untuk retret. Hari ini, aku masuk ke kapel untuk bersyukur kepada Tuhan atas rahmat tak terbilang yang Ia berikan kepadaku selama lima bulan ini. Hatiku sungguh sangat terharu memikirkan begitu banyak rahmat dan begitu banyak perhatian dari pihak para superior.

(215) 

“Putri-Ku, tenangkanlah hatimu; Aku akan menanggung sendiri semua masalah ini. Aku akan mengatur segala sesuatu dengan para superior dan dengan bapak pengakuan. Berbicaralah dengan Pastor Andrasz dengan kesedehanaan dan kepercayaan yang sama yang engkau katakan kepada-Ku.”

(216) 

Hari ini [18 April 1933], kami sudah tiba di Krakow. Begitu menggembirakan, sekali lagi aku berada di tempat di mana aku pertama kali menapakkan kakiku dalam kehidupan spiritual. Muder Pembimbing yang baik tetap tidak berubah, wajahnya selalu berseri dan penuh cinta kepada sesama. Aku masuk ke kapel sejenak dan sukacita memenuhi jiwaku. Dalam sekejap aku mengingat seluruh samudra rahmat yang telah diberikan kepadaku sebagai seorang novis di sini.

(217) 

Dan hari ini, kami semua berkumpul bersama untuk kunjungan selama satu jam ke novisiat. Muder Pembimbing, Maria Jozefa, memberikan pengarahan singkat kepada kami dan menggariskan acara retret. Ketika ia menyampaikan beberapa kata pengarahan kepada kami, aku melihat di depan mataku semua hal baik yang telah dilakukan Muder yang baik ini kepada kami. Aku merasakan dalam jiwaku rasa terima kasih yang sungguh mendalam terhadapnya. Hatiku sangat sedih memikirkan bahwa hari ini adalah saat terakhir aku berada di novisiat. Kini aku harus berjuang bersama Yesus, menderita bersama Yesus; singkat kata, hidup dan mati bersama Yesus. Muder Pembimbing tidak lagi akan berada di dekatku untuk mengajar aku, memperingatkan aku, atau untuk menasihati, memberikan dorongan atau teguran kepadaku. Aku begitu takut menjadi sendirian. Yesus, lakukanlah sesuatu mengenai hal ini. Aku akan selalu memiliki seorang superior, memang; tetapi sekarang setiap orang harus berjuang sendiri.

Krakow, 21 April 1933. 

Demi Kemuliaan Allah yang Lebih Besar. Retret Delapan Hari Menjelang Kaul Kekal.

(218) 

Hari ini, aku memulai retret. Yesus, Guruku, bimbinglah aku menurut kehendak-Mu, murnikanlah cintaku agar pantas bagi-Mu, berbuatlah atas diriku sebagaimana diinginkan oleh Hati-Mu yang maharahim. Yesus, selama hari-hari ini sampai tiba saat kesatuan kita, hanya ada kita berdua. Yesus, jagalah aku agar rohku sungguh terpusat pada-Mu!

(219) 

Pada petang hari, Tuhan berkata kepadaku,

“Putri-Ku, jangan biarkan ada suatu pun yang menakutkan atau membingungkan engkau. Tinggallah sungguh-sungguh dalam damai. Segala sesuatu berada di dalam tangan-Ku. Aku akan membantu engkau memahami segala sesuatu lewat Pastor Andrasz. Bersikaplah seperti seorang anak di hadapannya.”

(220) 

Sejenak di Hadapan Sakramen Mahakudus.

O Tuhan dan Penciptaku yang kekal, bagaimana aku harus bersyukur kepada-Mu atas rahmat yang besar ini, yakni bahwa Engkau telah berkenan memilih aku yang papa ini menjadi mempelai-Mu dan Engkau menyatukan aku dengan Engkau sendiri dalam ikatan yang kekal?

O Harta jiwaku yang terkasih, aku mempersembahkan kepada-Mu seluruh adorasi dan syukur para kudus dan semua paduan suara malaikat, dan aku menyatukan diriku secara istimewa dengan Bunda-Mu.

O Maria, Bundaku, dengan rendah hati aku memohon kepada-Mu, selubungilah jiwaku dengan mantol keperawananmu pada saat yang sangat penting dalam hidupku ini, supaya dengan demikian aku boleh lebih diperkenankan oleh hati Putra-Mu dan pantas memuji kerahiman Putra-Mu di hadapan seluruh dunia dan sepanjang kekekalan.

(221) 

Aku tidak dapat memahami renungan hari ini. Rohku begitu terbenam dalam Allah. Aku tidak dapat memaksa diriku untuk berpikir mengenai apa yang dikatakan oleh imam selama retret [konferensi-konferensi]. Aku sering tidak mampu berpikir mengikuti topik-topik konferensi; rohku bersatu dengan Tuhan, dan itulah meditasiku.

(222) 

Beberapa patah kata dari konferensiku dengan Muder Pembimbing, Maria Jozefa. Ia menjelaskan banyak hal begiku, dan ia membuat hatiku tenang sehubungan dengan hidup rohaniku, sambil kembali menyakinkan aku bahwa aku berada di jalan yang tepat. Aku bersyukur kepada Tuhan Yesus atas perkenan yang besar ini karena Muderlah orang pertama dari para superior yang membantu aku menghilangkan setiap keragu-raguan dalam hatiku. Oh, kebaikan Allah sungguh tiada batasnya!

(223) 

O Hosti yang hidup, satu-satunya kekuatanku, sumber cinta dan kerahiman, rengkuhlah seluruh dunia, kuatkanlah jiwa-jiwa yang letih lesu. Oh, terberkatilah saat dan waktu ketika Yesus meninggalkan Hati-Nya yang maharahim bagi kita!

(224) 

Menderita tanpa mengeluh, membawa penghiburan kepada orang lain dan membenamkan penderitaan-penderitaanku sendiri dalam Hati Yesus yang mahakudus!

Aku akan menghabiskan semua waktu luangku di kaki [Tuhan kita dalam] Sakramen Mahakudus. Pada kaki Yesus, aku akan mencari terang, penghiburan, dan kekuatan. Tanpa henti aku akan mengungkapkan rasa syukurku kepada Allah karena kerahiman-Nya yang besar kepadaku; tak pernah aku akan melupakan karunia-karunia yang Ia berikan kepadaku, khususnya rahmat panggilan.

Aku akan menyembunyikan diriku di antara para suster seperti bunga violet yang mungil di tengah-tengah bunga bakung. Aku ingin mekar bagi Tuhan dan Penciptaku, aku ingin melupakan diriku sendiri, menghampakan diriku sepenuhnya demi jiwa-jiwa yang kekal - inilah kesukaanku.

(225) 

Beberapa Pemikiranku

Mengenai pengakuan dosa, aku akan memilih apa yang paling sulit diakui dan paling merendahkan diriku. Kadang-kadang, sesuatu yang sepele lebih sulit diakui daripada sesuatu yang besar. Dalam setiap pengakuan dosa, aku akan mengingat-ingat Sengsara Yesus untuk membangkitkan penyesalan dalam hatiku. Sejauh mungkin, dalam kaitan dengan rahmat Allah, aku akan selalu mengupayakan sesal sempurna. Aku akan meluangkan lebih banyak waktu untuk penyesalan ini. Sebelum aku mendekati kamar pengakuan, aku akan lebih dulu masuk ke dalam Hati Juru Selamat yang terbuka dan maharahim. Ketika meninggalkan kamar pengakuan, aku akan membangkitkan dalam jiwaku rasa syukur yang mendalam kepada Tritunggal yang Mahakudus atas mukjizat kerahiman yang mengagumkan dan tak terselami yang terjadi di dalam jiwaku. Dan semakin papa jiwaku, semakin kurasakan samudra kerahiman Allah yang melanda aku dan memberiku kekuatan serta kemampuan yang besar.

(226) 

Peraturan-peraturan [biara] yang paling sering gagal kutaati: kadang-kadang aku melanggar silentium; tidak menaati bunyi bel; kadang-kadang aku mencampuri urusan orang lain. 

Aku akan berusaha sebaik-baiknya untuk memperbaiki diri.

Aku akan menghindari para suster yang suka menggosip, dan kalau mereka tidak dapat dihindari, aku akan sekurang-kuranya tetap diam di hadapan mereka, dan dengan demikian membiarkan mereka tahu betapa enggan aku mendengarkan hal-hal seperti itu.‘

Aku mestinya tidak memperhatikan pendapat manusia, tetapi harus mematuhi bisikan hati nuraniku sendiri dan menjadikan Allah sebagai saksi semua kegiatanku. Dalam segala hal, aku harus bertindak dan melaksanakan segala sesuatu seolah-olah saat kematianku sudah diambang pintu. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatanku aku harus ingat akan Allah.

Aku harus menghindari pengandaian bahwa pasti diberi izin. 

Aku harus melaporkan [juga] hal-hal kecil kepada para superiorku, dan melakukannya serinci mungkin. Aku harus setia menjalani latihan-latihan rohaniku; aku tidak boleh dengan gampang minta dibebaskan dari latihan-latihan rohani. 

Aku harus mematuhi silentium di luar waktu rekreasi, dan menghindari lelucon serta kata-kata jenaka yang membuat orang lain tertawa dan melanggar silentium. 

Aku harus memberikan penghargaan yang tinggi juga kepada peraturan-peraturan yang paling kecil. 

Aku tidak boleh membiarkan diriku tenggelam dalam kesibukan harian, [tetapi] harus berhenti sejenak untuk memandang ke surga. 

Aku harus mengurangi percakapan dengan manusia, tetapi memperbanyak percakapan dengan Allah. 

Aku harus menghindari hubungan yang terlalu akrab. 

Aku tidak boleh terlalu memperhatikan siapa yang memihak aku dan siapa yang melawan aku. 

Aku tidak boleh menceritakan kepada orang lain pengalaman-pengalaman batinku. 

Aku harus menghindari bersuara keras pada saat aku melaksanakan tugas. 

Aku harus menjaga kedamaian dan ketenangan hati pada saat-saat dirundung derita. Ketika mengalami saat-saat sulit aku harus bernaung di dalam luka-luka Yesus; aku harus mencari penghiburan, kekuatan, terang, dan peneguhan dalam luka-luka Yesus.

(227) 

Di tengah-tengah pencobaan, aku akan berusaha memandang tangan Allah yang penuh cinta. Tidak ada suatu pun yang akan tetap bertahan selain penderitaan - ia akan selalu setia mendampingi jiwa. O Yesus, aku tidak akan membiarkan seorang pun menandingi aku dalam mencintai Engkau!

(228) 

O Yesus, yang tersembunyi di dalam Sakramen Mahakudus, Engkau tahu bahwa dengan mengucapkan kaul-kaul kekalku hari ini aku meninggalkan novisiat. Yesus, Engkau tahu betapa rapuh dan kecil aku, dan demikianlah mulai hari ini dan seterus, aku memasuki novisiat-Mu dengan cara yang sangat istimewa. Ya Yesus, aku akan terus menjadi seorang novis, tetapi novis-Mu, dan Engkau akan menjadi Guruku sampai hari terakhir. Setiap hari, aku akan menghadiri kuliah di kaki-Mu. Aku tidak akan melakukan hal yang paling kecil sekalipun dengan prakarsa sendiri, tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan Engkau sebagai Guru-Ku. Yesus, betapa bahagianya aku bahwa Engkau sendiri telah menarik aku dan menerima aku ke dalam novisiat-Mu; yakni ke dalam tabernakel. Dengan mengikrarkan kaul kekalku, aku sama sekali belum menjadi biarawati yang sempurna. Belum, belum! aku masih tetap novis Yesus yang kecil dan rapuh, dan aku harus berusaha mencapai kesempurnaan seperti yang telah kulakukan pada hari-hari pertama novisiat, dan aku akan melakukan semua usaha pada hari pertama ketika pintu biara dibuka untuk menerima aku.

Dengan kepercayaan dan kesederhanaan seorang anak kecil, hari ini aku menyerahkan diriku kepada-Mu, o Tuhan Yesus, Guruku. Aku memberikan kebebasan penuh kepada-Mu untuk mengarahkan jiwaku. Tuntunlah aku meniti jalan yang Kauingini. Aku tidak akan mempermasalahkannya. Aku akan mengikuti Engkau dengan penuh kepercayaan. Hati-Mu yang maharahim dapat melaksanakan segala sesuatu.

Novis Kecil Yesus - Sr. Faustina

(229) 

Pada awal retret, Yesus berkata kepadaku,

“Selama retret ini, Aku sendiri akan membimbing jiwamu, Aku ingin meneguhkan engkau dalam damai dan cinta.”

Dan demikianlah beberapa hari pertama telah berlalu. Pada hari keempat, keragu-raguan mulau menggangguku: Tidakkah kedamaianku ini semu? Kemudian aku mendengar suara ini,

“Putri-Ku, bayangkan bahwa engkau adalah penguasa seluruh dunia dan memiliki kekuatan untuk mengatur segala sesuatu sekehendakmu. Engkau memiliki kuasa untuk melakukan segala sesuatu yang baik yang engkau inginkan, dan tiba-tiba seorang anak kecil mengetuk pintu kamarmu, begitu gemetar dan bercucuran air mata dan karena percaya akan kebaikanmu, ia minta sepotong roti supaya ia tidak mati kelaparan. Apa yang engkau lakukan untuk anak itu? Jawablah Aku, Putri-Ku!”

Dan aku berkata,

“Yesus, aku akan memberi anak itu semua yang ia minta bahkan seribu kali lebih banyak”

Dan Tuhan berkata kepadaku,

“Begitulah Aku memperlakukan jiwamu. Dalam retret ini Aku memberikan kepadamu bukannya damai, tetapi juga keterbukaan hati yang sedemikian rupa yang kalaupun engkau ingin mengalami suatu ketidaknyamanan, engkau tidak dapat melakukannya. Cinta-Ku telah menguasai jiwamu, dan Aku ingin engkau diteguhkan di dalamnya. Dekatkanlah telingamu kepada Hati-Ku, lupakan segala seuatu yang lain, dan renungkanlah kerahiman-Ku yang menakjubkan. Cinta-Ku akan memberimu kekuatan dan keberanian yang engkau butuhkan dalam menghadapi masalah-masalah ini.”

(230) 

Yesus, Hosti yang hidup, Engkau adalah Bundaku, Engkau adalah segala-galanya bagiku! Dengan kesederhanaan dan cinta, dengan iman dan kepercayaanlah aku akan selalu datang kepada-Mu, o Yesus! Aku akan berbagi segala sesuatu dengan Engkau, seperti seorang anak dengan ibunya yang tercinta, aku akan membagikan segala kesukaan dan kesedihanku - singkat kata: segala sesuatu.

(231) 

Tidak seorang pun dapat memahami apa yang dirasakan hatiku apabila aku merenungkan kenyataan bahwa lewat kaul-kaulku Allah menyatukan aku dengan diri-Nya. Allah menyadarkan aku, juga sekarang, akan cinta luar biasa yang sudah Ia miliki terhadapku sebelum adanya waktu; dan dari pihakku, aku baru saja mulai mencintai Dia, dalam waktu. Cinta-Nya [selalu] besar, murni, dan tanpa pamrih, dan cintaku terhadap-Nya muncul dari kenyataan bahwa aku baru mulai mengenal Dia. Semakin bernyala-nyala, semakin membara cintaku kepada-Nya, dan  semakin sempurna tindakanku jadinya. Sementara itu, setiap kali aku mengingat bahwa dalam beberapa hari, lewat kaul kekal, aku akan bersatu dengan Tuhan, suatu sukacita yang tak terlukiskan membanjiri jiwaku. Sejak saat pertama aku mulai mengenal Tuhan, tatapan jiwaku tenggelam dalam Dia untuk selama-lamanya. Setiap kali Tuhan mendekatiku, dan semakin mendalam pengetahuanku tentang Dia, semakin sempurnalah cinta yang berkembang di dalam jiwaku.

(232) 

Sebelum pengakuan dosa, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku,

“Putri-Ku, katakan kepadanya segala sesuatu dan singkapkan jiwamu kepadanya seperti yang engkau lakukan kepada-Ku sebelum ini. Jangan takut akan suatu pun. Hanya untuk menjaga engkau dalam damai, Aku menempatkan imam ini di antara jiwamu dan Aku sendiri. Kata-kata yang akan ia ucapkan kepadamu adalah kata-kata-Ku. Ungkapkan kepadanya rahasia-rahasia jiwamu yang terdalam. Aku akan memberi dia terang untuk mengenal jiwamu.”

(233) 

Ketika aku mendekati kamar pengkauan, aku merasakan kemudahan untuk mengatakan segala sesuatu sedemikian rupa sehingga aku sendiri takjub. Jawaban-jawabannya membuat jiwaku sangat damai. Sungguh, kata-katanya sekarang dan selalu akan menjadi tiang api yang kini menerangi dan akan terus menerangi jiwaku dalam upayanya mengejar kesucian yang paling tinggi. Arahan-arahan yang kuterima dari Pastor Andrasz telah kucatat di halaman lain buku harian ini.

(234) 

Ketika aku selesai mengaku dosa, rohku terbenam di dalam Allah, dan aku berdoa selama tiga jam, tetapi rasanya hanya beberapa menit. Sejak itu, aku tidak lagi memasang rintangan yang dapat menghalangi rahmat bekerja dalam jiwaku. Yesus tahu mengapa aku takut bersatu mesra dengan Dia, dan Ia sama sekali tidak gusar. Sejak saat imam menyakinkan aku bahwa apa yang telah kualami bukanlah suatu khayalan, tetapi rahmat Allah, aku telah berusaha untuk setia kepada Allah dalam segala sesuatu. Kini, aku dapat melihat ada beberapa imam saja seperti itu yang memahami kedalaman karya Allah di dalam jiwa. Sejak saat itu, sayapku menjadi bebas untuk terbang, dan aku rindu untuk membubung ke api Sang Surya sendiri. Aku akan terus terbang dan tidak akan berhenti sebelum aku beristirahat dalam Dia untuk selama-lamanya. Ketika kita terbang sangat tinggi, semua asap, kabut, dan awan ada di bawah kaki kita, dan seluruh raga sungguh takluk roh.

(235) 

O Yesus, aku merindukan keselamatan jiwa-jiwa yang kekal. Dalam pengurbananlah hatiku akan menemukan ungkapan yang bebas, dalam pengurbanan yang tidak akan diketahui seorang pun. Aku akan terbakar dalam nyala kudus cinta Allah dan akan hangus tak terlihat. Kehadiran Allah akan membantu pengurbananku menjadi sempurna dan murni.

(236) 

Oh, betapa menyesatkan semua penampilan lahiriah, dan betapa tidak adillah semua penghakiman.

Oh, betapa tidak adillah semua penghakiman.

Oh, betapa seringnya keutamaan menderita hanya karena ia tetap tinggal diam. Untuk bersikap tulus terhadap mereka yang tak henti-hentinya menyakiti hati kita dituntut banyak penyangkalan diri. Orang mengeluarkan darah, tetapi tidak ada luka-luka yang kasat mata.

O Yesus, baru pada hari terakhirlah banyak hal ini akan diketahui. Betapa menyenangkan - tidak ada usaha kita yang akan sia-sia!

(237)

Jam Kudus. Dalam saat adorasi ini, aku melihat jurang kepapaanku; o Tuhan, apa pun yang baik di dalam diriku adalah milik-Mu. Tetapi, karena aku ini sedemikian malang dan kecil, maka aku berhak meminta kerahiman-Mu yang tanpa batas.

(238) 

Petang hari. O Yesus, besok pagi aku akan mengikrarkan kaul kekalku. Aku telah mengajak surga dan bumi, dan mengundang segala makhluk, untuk bersyukur kepada Allah atas perkenan-Nya yang luar biasa dan tak terselami ketika tiba-tiba aku mendengarkan kata-kata ini,

“Putri-Ku, hatimu adalah surga bagi-Ku.”

Baru beberapa detik berdoa, aku harus pergi; semua orang dipersilakan keluar sebab setiap tempat - kapel, ruang makan, ruang rekreasi, dan dapur - sedang disiapkan untuk besok pagi, dan kami harus pergi tidur. Tetapi, tidur tak kunjung tiba. Sukacita telah mengusir kantuk sama sekali. Aku berpikir: seperti apakah yang akan terjadi di surga kalau di sini, di pembungan ini, Allah sudah memenuhi jiwaku.

(239) 

Doa selama misa pada hari kaul kekal. Hari ini aku menempatkan hatiku pada patena di mana Hati-Mu, o Yesus, ditempatkan; hari ini, aku mempersembahkan diriku bersama Engkau kepada Allah, Bapa-Mu dan Bapaku, sebagai kurban cinta dan pujian. Bapak kerahiman, pandanglah kurban hatiku, tetapi lewat luka yang ada dalam Hati Yesus.

1 Mei 1933. 

Hari Pertama

Kesatuan dengan Yesus pada hari kaul kekal. Yesus, mulai sekarang Hati-Mu adalah milikku dan hatiku seluruhnya adalah milik-Mu. Memikirkan nama-Mu saja, ya Yesus, sudah merupakan kesukaan hatiku. Aku sungguh tidak akan dapat hidup tanpa Engkau, ya Yesus, meski sesaat pun. Hari ini, jiwaku telah lenyap di dalam diri-Mu, satu-satunya hartaku. Cintaku tidak memiliki hambatan dalam memberikan bukti cinta kepada Kekasihnya.

Kata-kata Yesus sewaktu aku mengikrarkan kaul kekal:

“Mempelai-Ku, hati kita berpadu untuk selama-lamanya. Ingatlah kepada Siapa engkau mengikrarkankaul...”

tidak semuanya dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Permohonanku sewaktu kami telungkup meniarap dengan diselubungi palla (sehelai kain hitam lebar dengan salib putih ditengahnya yang dipakai dalam upacara misa untuk orang yang meninggal dunia). Aku minta kepada Tuhan agar memberi aku rahmat untuk tidak pernah secara sadar dan sengaja melukai Hati-Nya bahkan dalam dosa dan ketidaksempurnaan yang paling kecil sekalipun.

Yesus, aku percaya kepada-Mu! Yesus, aku mencintai Engkau dengan segenap hatiku! Setiap kali menghadapi saat-saat yang amat sulit, Engkaulah Ibuku.

Demi cinta akan Dikau, o Yesus, hari ini aku mematikan diriku sepenuhnya dan mulai hidup demi semakin besarnya kemudliaan nama kudus-Mu.

Cinta, demi cinta akan Dikau, o Tritunggal yang mahakudus, aku mempersembahkan diriku kepada-Mu sebagai suatu kurban pujian, sebagai kurban penyerahan diri secara total. Dan lewat pengurbanan diri ini, aku ingin mengagungkan Nama-Mu, o Tuhan. Aku menempatkan diriku ibarat kuncup mawar pada kaki-Mu, o Tuhan, dan semoga aroma bunga ini hanya tercium oleh Engkau sendiri.

(240) 

Tiga permohonan pada hari kaul kekalku. Yesus, aku tahu bahwa hari ini Engkau tidak akan menolakku.

Permohonan pertama: Yesus, Mempelaiku yang tercinta, aku mohon kepada-Mu kejayaan Gereja, khususnya di Rusia dan di Sepanyol; aku mohon berkat bagi Bapa Suci, Pius XI, dan semua klerus; aku mohon rahmat pertobatan bagi para pendosa yang tidak mau menyesal. Dan aku mohon kepada-Mu suatu berkat istimewa serta terang, o Yesus, bagi pada imam yang akan mendengarkan pengakuan dosaku sepanjang masa hidupku.

Permohonan kedua: Aku mohon berkat-Mu untuk Kongregasi, semoga ia dipenuhi dengan semangat yang berkobar-kobar. O Yesus, berkatilah Muder Jenderal kami dan Muder Pembimbing kami, semua novis dan semua superior. Berkatilah orang tuaku yang tercinta. Limpahkanlah rahmat-Mu, o Yesus, atas para siswi kami; kuatkanlah mereka dengan rahmat-Mu sedemikian rupa sehingga mereka yang meninggalkan rumah kami tidak lagi akan menggusarkan Engkau dengan dosa apa pun. Yesus, aku mohon berkat-Mu untuk Tanah Airku; lindungilah dia berharap serangan musuh-musuhnya.

Permohonan ketigaYesus, aku memohon rahmat-Mu bagi jiwa-jiwa yang paling membutuhkan doa. Aku berdoa bagi orang-orang yang menghadapi ajal; bermurah hatilah kepada mereka. Aku juga memohon kepada-Mu, ya Yesus, untuk membebaskan semua jiwa dari Purgatorium.

Yesus, secara khusus aku menyerahkan kepada-Mu orang-orang ini: para bapak pengakuanku, orang-orang yang meminta doaku, dan orang-orang ini ...: Pastor Andrasz, Pastor Czaputa, dan imam yang kujumpai di Vilnius, yang akan menjadi bapak pengakuan, untuk jiwa..., imam... yang Engkau tahu aku sangat berutang budi padanya, ya Yesus, dan untuk semua orang yang telah diserahkan kepada doaku. Ya Yesus, pada hari ini Engkau dapat melakukan segala sesuatu bagi mereka yang kudoakan. Untuk aku sendiri, aku mohon: Tuhan, ubahlah aku sepenuhnya menjadi milik-Mu, jagalah dalam diriku semangat kudus untuk kemuliaan-Mu, berilah aku rahmat dan kekuatan rohani untuk melakukan kehendak kudus-Mu dalam segala sesuatu.

Syukur kepada-Mu, o Mempelaiku yang tercinta, atas perkenan-Mu kepadaku, dan khususnya atas panji-panji rajawi yang mulai hari ini akan menghiasi aku, dan yang bahkan para malaikat pun tidak memilikinya; yakni: salib, pedang, dan mahkota duri. Tetapi di atas semuanya, o Yesusku, aku bersyukur atas Hati-Mu - itulah yang menggantikan segala sesuatu bagiku.

Bunda Allah, Maria yang amat suci, Bundaku, kini Engkaulah Bundaku yang sangat istimewa sebab Putra-Mu tercinta telah menjadi mempelaiku, dan dengan demikian kami berdua adalah anakmu. Demi Putra-Mu, engkau harus mencintai aku. O Maria, Bundaku tercinta, tuntunlah kehidupan rohaniku sedemikian rupa sehingga akan menyenangkan Putramu.

Allah yang kudus dan mahakuasa, saat ini sungguh penuh rahmat. Saat ini Engkau menyatukan aku dengan diri-Mu sendiri untuk selama-lamanya. Dengan rasa syukur yang luar biasa, aku, kehampaan belaka, menempatkan diriku pada kaki-Mu ibarat bunga yang kecil, yang tidak dikenal siapa pun; setiap hari; aroma bunga cinta ini akan membubung ke takhta-Mu.

Pada waktu menghadapi pergulatan dan penderitaan, kegelapan dan badai, kerinduan dan kesedihan; pada saat-saat pencobaan yang berat, pada saat tak seorang pun akan memahamiku, bahkan pada saat aku akan dihukum dan dilecehkan oleh setiap orang, aku akan mengingat hari kaul kekalku, hari rahmat Allah yang tak terselami.

1 Mei 1933

(241)

Y,M.Y Keputusan-keputusan Khusus dari Retret

Kasih akan sesama.

  • Pertama: Selalu siap melayani para suster.
  • Kedua: Jangan membicarakan orang-orang yang tidak hadir, dan belalah nama baik sesama.
  • Ketiga: Bersukacitalah atas keberhasilan orang lain.

(242)

Ya Allah, betapa aku ingin menjadi seorang anak kecil. Engkau adalah Bapaku, dan Engkau tahu betapa kecil dan lemah aku ini. Maka aku mohon kepada-Mu, buatlah aku selalu dekat di samping-Mu selama hidupku dan khususnya pada saat ajalku. Ya Yesus, aku tahu bahwa kebaikan-Mu melampaui kebaikan ibu yang paling penuh cinta.

(243) 

Aku akan bersyukur kepada Tuhan Yesus atas setiap penghinaan dan akan berdoa khususnya bagi orang yang telah memberiku kesempatan untuk direndahkan. Aku akan mengurbankan diriku sendiri demi kebaikan jiwa-jiwa. Aku tidak akan memperhitungkan setiap pengurbanan. Aku akan menempatkan diriku di bawah kaki para suster, ibarat suatu karpet yang tidak hanya dapat mereka injak, tetapi juga dapat membersihkan debu kaki mereka. Tempatku adalah di bawah kaki para suster. Tanpa diperhatikan oleh orang-orang lain, aku akan melakukan setiap usaha untuk memperoleh tempat itu. Cukuplah kalau hanya Tuhan yang melihatnya.

(244) 

Kini, suatu hari yang rutin, yang serba biasa telah dimulai. Saat-saat semarak kaul kekal sudah berlalu, tetapi rahmat agung Allah tetap berada di dalam jiwaku. Aku merasakan diriku sepenuhnya menjadi milik Allah; aku merasakan diriku adalah anak-Nya, aku merasakan diriku sepenuhnya milik Allah. Aku mengalami ini dengan cara yang dapat dirasakan secara indrawi. Aku sepenuhnya tenang mengenai segala sesuatu sebab aku tahu bahwa urusan Mempelaikulah untuk memikirkan aku. Aku telah melupakan diriku sama sekali. Kepercayaanku bertumpu pada Hati-Nya yang maharahim yang tanpa batas. Aku terus-menerus bersatu dengan Dia. Aku merasa seolah-olah Yesus tidak dapat merasa bahagia tanpa aku, dan aku pun tidak dapat merasa bahagia tanpa Dia. Sungguh, aku tahu bahwa Allah karena Dia Allah, sudah berbahagia dalam diri-Nya dan sama sekali tidak membutuhkan suatu ciptaan pun. Meskipun demikian, kebaikan-Nya memaksa Dia untuk memberikan diri-Nya kepada ciptaan, dengan kemurahan hati yang tak dapat dipahami.

(245) 

Yesusku, kini aku akan berusaha memberikan hormat dan kemuliaan kepada Nama-Mu, dengan berjuang sampai tiba saatnya Engkau sendiri berkata, “Cukup!” Setiap jiwa yang telah Engkau percayakan kepadaku, ya Yesus, akan kubantu dengan doa dan pengurbanan sehingga rahmat-Mu dapat bekerja di dalam mereka. O Yesusku, Pengasih jiwa yang agung, aku bersyukur kepada-Mu atas kepercayaan yang luar biasa ini karena Engkau telah berkenan menmpatkan jiwa-jiwa itu di dalam perlindungan kami. Hai kamu, hari-hari kerja dan hari-hari yang membosankan, bagiku kamu sama sekali tidak membosankan karena setiap saat membawa kepadaku rahmat dan kesempatan baru untuk berbuat baik.

25 April 1933 

Izin-izin Bulanan.

(246) 

Untuk masuk ke kapel setiap kali aku lewat di dekatnya. Untuk berdoa setiap kali aku bebas dari tugas. Untuk menerima, memberi, atau meminjam barang-barang kecil. Untuk memperoleh kudapan pagi dan petang hari. Untuk kadang-kadang tidak ambil bagian dalam rekreasi. Untuk kadang-kadang tidak ambil bagian dalam latihan-latihan komunitas. Untuk kadang-kadang tidak ambil bagian dalam ibadat sore dan ibadat pagi. Untuk kadang-kdang bekerja lebih lama sedikit sesudah pukul sembilan malam atau melakukan latihan-latihan rohaniku sesudah pukul sembilan malam.

Untuk menuliskan sesuatu atau membuat catatan apabila aku mempunyai waktu luang. Untuk menelepon. Untuk pergi keluar rumah. Untuk mengunjungi sebuah gereja apabila berada di kota. Untuk mengunjungi suster yang sakit. Untuk masuk kamar suster lain kalau ada keperluan. Untuk kadang-kadang minum air di luar waktu yang ditentukan.

Mati Raga Kecil-kecilan

Mendaras Koronka dengan tangan terentang. Setiap hari Sabtu, mendaras satu bagian rosario dengan tangan terentang. Kadang-kadang mendaras suatu doa sambil meniarap. Setiap hari kamis menjalankan ibadat Jam Kudus. Setiap jumat bermati raga lebih berat untuk para pendosa yang menghadapi ajal.

(247) 

Yesus, Sahabat hati yang kesepian, Engkaulah tempat perlindunganku, Engkaulah damaiku. Engkaulah keselamatanku, Engkaulah kekuatanku di tengah pertempuran dan di tengan samudra keragu-raguan. Engkaulah sinar cemerlang yang menerangi jalan hidupku. Engkaulah adalah segala-galanya bagi jiwa yang kesepian. Engkau memahami jiwa meskipun ia tetap tinggal diam. Engkau mengetahui kelemahan kami, dan ibarat seorang tabib yang baik, Engkau menghibur dan menyembuhkan, meringankan penderitaan kami - sungguh ahli Engkau.

(248) 

Kata-kata Uskup yang diucapkan pada upacara penerimaan kaul kekal,

“Terimalah lilin ini sebagai tanda terang surgawi dan cinta yang menyala-nyala.”

Sementara menyerahkan cincin, Uskup berkata,

“Aku mempertunangkan engkau dengan Yesus Kristus, Putra Bapa yang mahatinggi; semoga Ia menjaga engkau tetap tak bercela. Kenakanlah cincin ini sebagai tanda perjanjian abadi yang engkau ikat dengan Kristus, Mempelai para perawan. Semoga bagimu cincin ini menjadi cincin iman dan tanda Roh Kudus sehingga engkau pantas disebut mempelai Kristus dan karena melayani-Nya dengan setia, akan dimahkotai untuk selama-lamanya.”

(249) 

Yesus, Engkau andalanku; aku percaya akan samudra kerahiman-Mu. Engkau adalah seorang Ibu bagiku.

(250) 

Tahun ini, 1933, bagiku adalah tahun yang luar biasa semarak sebab dalam Tahun Yubileum Sengsara Tuhan ini, aku mengikrarkan kaul kekal. Secara istimewa, aku telah memadukan pengurbananku dengan pengurbanan Yesus yang tersalib supaya dengan demikian aku lebih berkenan di hati Allah. Aku melaksanakan segala sesuatu bersama Yesus, lewat Yesus, dan dalam Yesus.


Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku

Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku (Audio)

Refleksi Harian Kerahiman Ilahi