-->

Catatan Harian St.Faustina: 951- 1000

 


KERAHIMAN ILAHI DALAM JIWAKU

Buku Catatan Harian Abdi Allah

Santa Maria Faustina Kowalska

anggota Kaul Kekal dari

Kongregasi Santa Perawan Maria Berbelas Kasih

 

Buku 2

Catatan Harian : 951 - 1000 

(951) 

O Kerahiman Ilahi yang tak terselami dan tak terbatas, siapa dapat mengagungkan dan menyembah Engkau secara pantas? O Sifat teragung Allah yang mahakuasa, Engkaulah harapan yang menggembirakan bagi orang berdosa. Dalam satu madah padukanlah dirimu, hai bintang-bintang, bumi dan laut; dalam satu paduan suara nyanyikanlah Kerahiman Ilahi yang tak terselami dengan penuh syukur dan gegap gempita. 

(952) 

Yesusku, Engkau tahu bahwa kehendak kudus-Mu adalah segala-galanya bagiku. Tidaklah menjadi masalah bagiku, apa yang Engkau lakukan terhadapku. Begitu Engkau menyuruh aku untuk mulai bekerja, aku pun memulainya dengan tenang meskipun aku tahu bahwa aku tidak mampu untuk melaksanakannya; ketika lewat wakil-wakil-Mu Engkau menyuruh aku menunggu - maka aku menunggu dengan sabar; Engkau memenuhi jiwaku dengan antusiasme - tetapi Engkau tidak menciptakan kemungkinan bagiku untuk bertindak; Engkau menarik aku kepada diri-Mu sendiri di surga - tetapi Engkau membiarkan aku tetap tinggal di bumi ini; ke dalam jiwaku Engkau mencurahkan kerinduan yang amat besar terhadap diri-Mu sendiri, tetapi Engkau menyembunyikan diri dariku. Aku sekarat karena ingin dipersatukan dengan-Mu selama-lamanya, tetapi Engkau tidak membiarkan kematian menghampiri aku. 

O kehendak Allah, engkaulah makanan dan kesukaan jiwaku. Ketika aku menyerahkan diri kepada kehendak kudus Allahku, suatu damai yang luar biasa membanjiri jiwaku. 

O Yesusku, Engkau tidak memberi aku ganjaran karena mengamalkan karya yang berhasil, tetapi karena sudah menunjukkan kehendak yang baik dan kerja yang keras. Oleh karena itu, aku sungguh-sungguh merasakan damai, juga kalau usaha-usaha dan kerja kerasku digagalkan atau tidak pernah diwujudkan. Asalkan aku sudah melaksanakan segala sesuatu yang ada dalam kekuasaanku, sisanya bukanlah urusank. Dan karena itu, badai terbesar pun tidak mengacaukan lubuk damaiku; kehendak Allah bersemayan di dalam hati nuraniku. 

(953) 

15 Februari 1937. 

Hari ini, penderitaanku sedikit meningkat: aku tidak hanya merasakan rasa nyeri yang lebih parah di seluruh paru-paruku, tetapi juga rasa sakit yang aneh di dalam ususku. Aku menderita sebanyak yang bisa ditanggung oleh kodratku yang rapuh; semua penderitaan itu untuk jiwa-jiwa yang kekal, untuk memohon kerahiman Allah bagi orang-orang berdosa yang malang, dan untuk memohon kekuatan bagi para imam. Oh, betapa besarnya rasa hormat yang aku miliki terhadap para imam; maka aku mohon kepada Yesus, Imam Agung, agar Ia memberi mereka banyak rahmat. 

(954) 

Hari ini sesudah komuni kudus, Tuhan berkata kepadaku, 

“Putri-Ku, kesukaan-Ku adalah menyatukan Diri denganmu. Ketika engkau menyerahkan diri kepada kehendak-Ku, pada saat itulah engkau memberi Aku kemuliaan yang paling besar dan menurunkan lautan berkat atas dirimu. Sukacita istimewa sebesar itu tidak akan Kunikmati dalam dirimu kalau engkau tidak hidup atas dasar kehendak-Ku.” 

O Tamuku yang manis, demi Engkau, aku siap menanggung segala penderitaan, tetapi Engkau tahu bahwa aku sangat rapuh. Akan tetapi, bagaimana pun, bersama-Mu aku dapat melakukan segala sesuatu. 

O Yesusku, aku mohon kepada-Mu, sertailah aku setiap waktu. 

(955) 

15 Februari 1937. 

Hari ini, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, 

“Wahai Putri-Ku, Hosti yang menyenangkan Bapa-Ku, ketahuilah bahwa seluruh Tritunggal yang Mahakudus menemukan sukacita istimewa-Nya di dalam dirimu sebab engkau hidup hanya atas dasar kehendak Allah. Tidak ada pengurbanan yang dapat dibandingkan dengan ini.” 

(956) 

Sesudah kata-kata ini, pengetahuan akan kehendak Allah muncul dalam diriku; maksudku kini aku melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang lebih tinggi; segala kejadian dan segala hal, yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan, aku terima dengan penuh kasih, sebagai tanda cinta istimewa Bapa surgawi. 

(957) 

Persembahan murni, yakni kehendakku, akan membubung dari altar kasih. Agar persembahan diriku menjadi sempurna, aku menyatukannya erat-erat dengan kurban Yesus di salib. Apabila penderitaan-penderitaan yang berat mengakibatkan kodratku gemetar, dan kekuatan jasmani serta rohaniku menurun, aku akan menyembunyikan diriku dalam luka Hati Yesus yang menganga; aku akan diam seperti merpati, tanpa mengeluh. Biarlah semua keinginanku, bahkan yang paling suci, paling mulia, dan paling indah pun, selalu mengambil tempat terakhir sedangkan kehendak kudus-Mu selalu mengambil tempat pertama. Yang terkecil dari keinginan-keinginan-Mu, o Tuhan, bagiku lebih berharga daripada surga dengan segala hartanya. Aku sungguh-sungguh tahu bahwa manusia tidak akan memahamiku; itulah sebabnya pengurbananku akan lebih murni dalam pandangan-Mu. 

(958) 

Beberapa hari yang lalu, seseorang datang kepadaku dan minta aku berdoa untuk ujudnya karena ia memiliki beberapa masalah yang mendesak dan penting. Pada saat itu juga aku merasakan dalam jiwaku bahwa masalah itu tidak menyenangkan Allah; maka aku menjawab bahwa aku tidak akan berdoa untuk ujud itu, 

“tetapi aku akan berdoa bagimu, secara umum” 

[demikian aku menambahkan]. Beberapa hari kemudian, perempuan itu datang kembali kepadaku dan berterima kasih kepadaku karena aku tidak berdoa untuk ujudnya, tetapi untuk dirinya secara umum sebab waktu itu ia dikuasai oleh roh balas dendam terhadap orang tertentu yang harus ia hargai dan ia hormati atas dasar perintah keempat. Tuhan Yesus telah mengubah [sikap] batinnya, dan ia sendiri mengakui kesalahannya; tetapi, ia heran bahwa aku mengerti rahasianya. 

(959) 

Hari ini, aku menerima sepucuk surat dari Pastor Sopocko yang mengirim ucapan selamat atas hari pestaku (Pesta nama biara dirayakan oleh Sr.Faustina pada 15 Februari). Ucapan selamat ini membuatku bersukacita, tetapi kesehatannya yang buruk membuatku sedih. Aku mengetahui hal ini lewat intuisi batin, tetapi aku tidak begitu memercayai intuisi itu. Kini jelas bagiku bahwa kalau ia sendiri menulis bahwa memang demikianlah keadaannya, maka hal-hal lain yang tidak ia tulis juga benar, dan pengetahuan batinku tidak menipu diriku. Pastor Sopocko minta kepadaku untuk menggarisbawahi semua hal yang setahuku tidak berasal dariku; maksudnya, segala sesuatu yang dikatakan oleh Yesus kepadaku, segala sesuatu yang aku dengar dalam jiwaku. Ia sudah beberapa kali minta kepadaku untuk melakukan hal ini, tetapi aku tidak mempunyai waktu, dan terus terang, aku merasa tidak terburu-buru untuk melakukannya. Tetapi, bagaimana ia tahu bahwa aku belum melakukannya? Aku sangat heran; maka kini aku siap melakukan pekerjaan ini dengan segenap hati. O Yesusku, kehendak wakil-Mu jelas merupakan kehendak kudus-Mu, tidak ada bayangan keragu-raguan sedikit pun di dalamnya. 

(960) 

16 Februari 1937. 

Hari ini, aku salah masuk ke kamar di sebelah kamarku dan karena itu, aku berbicara sejenak dengan orang yang ada di sana. Ketika aku kembali ke kamarku sendiri, selama beberapa waktu aku berpikir mengenai orang itu. Tiba-tiba, Yesus berdiri di sampingku dan berkata, 

“Putri-Ku, apa yang sedang engkau pikirkan?” 

Tanpa pikir, aku menghempaskan diri ke Hati-Nya sebab aku menyadari bahwa aku telah terlalu banyak memikirkan makhluk ciptaan. 

(961) 

Pagi ini, sesudah menyelesaikan latihan-latihan rohaniku, aku langsung mulai merenda. Aku merasakan suatu ketenangan di dalam hatiku; aku merasakan bahwa Yesus sedang beristirahat di dalamnya. Kesadaran yang mendalam dan membahagiakan tentang kehadiran Allah membuat aku siap untuk berkata kepada Tuhan, 

 “O Tritunggal Mahakudus yang tinggal di dalam hatiku, aku mohon kepada-Mu: berikanlah rahmat pertobatan kepada jiwa-jiwa sebanyak [jumlah] setik jahitan yang hari ini kubuat dengan jarum renda ini.” 

Kemudian aku mendengar, 

“Putri-Ku, permintaanmu terlalu berat.” 

“Yesus, Engkau tahu bahwa bagi-Mu lebih mudah memberikan banyak daripada memberikan sedikit.” 

“Memang, bagi-Ku lebih mudah memberikan banyak hal kepada jiwa daripada memberikan sedikit, tetapi setiap pertobatan jiwa yang berdosa menuntut pengurbanan.” 

“Baiklah, Yesus, aku mempersembahkan kepada-Mu pekerjaan yang kulakukan dengan segenap hati ini; bagiku persembahan ini tidak tampak terlalu kecil untuk jumlah jiwa sebanyak itu; Engkau tahu, ya Yesus, bahwa selama tiga puluh tahun Engkau menyelamatkan jiwa-jiwa juga dengan pekerjaan seperti ini. Dan karena ketaatan suci melarang aku melaksanakan pertobatan serta mati raga yang berat, maka aku mohon kepada-Mu, Tuhan: terimalah kepapaan yang ditandai dengan meterai ketaatan ini sebagai hal yang besar.” 

Kemudian aku mendengar suatu suara dalam jiwaku, 

“Putri-Ku sayang, Aku mengabulkan permintaanmu.” 

(962) 

Aku sering melihat orang tertentu, yang sangat dikasihi Allah. Kasih Tuhan kepadanya sangat besar, tidak hanya karena ia berusaha menyebarkan penghormatan kepada kerahiman Allah, tetapi juga karena kasih yang ia miliki terhadap Tuhan Allah meskipun ia tidak selalu merasakan kasih Allah di dalam hatinya dan hampir selalu berada di Getsemani. Tetapi, orang ini selalu menyenangkan Allah, dan kesabarannya yang besar akan mengatasi segala kesulitan. 

(963) 

Oh, kalau saja jiwa yang menderita itu tahu betapa ia dikasihi oleh Allah, pasti ia akan mati karena sukacita dan kebahagiaan yang tiada tara! Suatu hari, kita akan memahami nilai penderitaan, tetapi sesudah itu kita tidak akan mampu lagi menderita. Masa sekarang ini adalah milik kita. 

(964) 

17 Februari 1937. 

Pagi ini, dalam misa kudus, aku melihat Yesus yang menderita. Sengsara-Nya terpatri pada tubuhku secara tidak kelihatan, tetapi tidak kurang pedihnya. 

(965) 

Yesus memandang aku dan berkata, 

“Jiwa-jiwa pada binasa meskipun sengsara-Ku amat pahit. Maka, kepada mereka, Aku memberikan harapan terakhir untuk selamat, yakni Pesta Kerahiman-Ku. Kalau mereka tidak mau memuliakan kerahiman-Ku, mereka akan binasa untuk selama-lamanya. Wahai juru tulis kerahiman-Ku, tulislah, katakanlah kepada jiwa-jiwa tentang kerahiman-Ku yang besar ini sebab hari yang mengerikan, yakni hari penghakiman-Ku, sudah dekat.” 

(966) 

Hari ini, aku mendengar dalam jiwaku kata-kata ini, 

“Putri-Ku, sudah tiba saatnya bagimu untuk bertindak; Aku menyertaimu. Penganiayaan dan penderitaan-penderitaan yang berat menghadang engkau, tetapi teguhkanlah hatimu dengan gagasan bahwa banyak jiwa akan diselamatkan dan dikuduskan oleh karya ini.” 

(967) 

Kini, aku siap menggarisbawahi kata-kata Tuhan dan dengan demikian menyusuri segala sesuatu secara berurutan. Ketika aku sampai pada halaman tempat tertulis nasihat dan arahan-arahan Pastor Andrasz, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, menggarisbawahi atau tidak. Saat itu aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, 

“Garisbawahilah sebab kata-kata ini adalah kata-kata-Ku; Aku telah meminjam bibir sahabat Hati-Ku untuk berbicara kepadamu dan meyakinkan engkau demi ketenanganmu. Engkau harus mematuhi arahan-arahan itu sampai kematianmu. Tidaklah akan menyenangkan Aku sama sekali kalau engkau tidak mematuhi arahan-arahan itu. Ketahuilah bahwa Akulah yang telah menempatkan dia di antara Aku sendiri dan jiwamu. Aku melakukan ini untuk membuat hatimu damai dan supaya engkau tidak tersesat.” 

(968) 

“Aku telah menempatkan engkau dalam penjagaan khusus imam ini. Maka, engkau dibebaskan dari keharusan memberi laporan rinci kepada para superior tentang hubungan-Ku denganmu. Dalam masalah-masalah lain, jadilah seperti seorang anak kecil terhadap para superior, tetapi apa pun yang Aku lakukan dalam lubuk jiwamu harus engkau katakan, dengan segala keterus-terangan, kepada para imam.” 

Aku telah memperhatikan bahwa sejak Allah memberi aku seorang pembimbing rohani, belum pernah Ia menuntut dariku untuk melaporkan segala sesuatu kepada para superior, seperti yang dulu-dulu; hanya hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah lahiriah harus kulaporkan kepada para superior; hanya pembimbing rohani yang mengenal jiwaku. Memiliki seorang pembimbing rohani sungguh merupakan rahmat khusus dari Allah. Oh, betapa sedikitnya orang yang menerima rahmat ini! Di tengah kesulitan-kesulitan yang besar, jiwa tetap tinggal dalam damai lestari. Atas rahmat ini, setiap hari, sesudah komuni kudus, aku bersyukur kepada Tuhan Yesus; di samping itu, setiap hari aku mohon kepada Roh Kudus agar Ia menerangi pembimbing rohaniku. Dalam jiwaku, aku sungguh sudah mengalami kuasa macam apa yang dimiliki oleh kata-kata pembimbing rohani. Terpujilah kerahiman Allah karena rahmat ini! 

(969) 

Hari ini, aku pergi untuk bermeditasi di hadapan Sakramen Mahakudus. Ketika aku menghampiri altar, kehadiran Allah memenuhi jiwaku, aku membenamkan diri dalam samudra ke-Allah-an-Nya, dan Yesus berkata kepadaku, 

“Putri-Ku, semua yang ada adalah milikmu.” 

Aku menjawab kepada Tuhan, 

“Hatiku tidak menginginkan suatu pun selain Engkau, o Harta hatiku. Atas segala anugerah yang Kauberikan kepadaku, syukur kepada-Mu, o Tuhan, tetapi hanya hati-Mulah yang aku inginkan. Meskipun luar biasa, tanpa Engkau surga itu tidak ada artinya sama sekali bagiku. Engkau sungguh-sungguh tahu, o Yesus, bahwa aku terus menerus seolah-olah pingsan karena merindukan Engkau.” 

“Ketahuilah ini, Putri-Ku, bahwa engkau sekarang sudah mengecap apa yang baru akan dinikmati jiwa-jiwa lain di alam kekekalan.” 

(970) 

Tiba-tiba, jiwaku dibanjiri dengan terang pengetahuan Allah. Oh, apakah aku akan mampu mengungkapkan meski hanya sedikit, apa yang dialami jiwaku ketika beristirahat di dekat Hati Sang Mahaagung yang tak terselami! Aku tidak dapat merumuskannya dalam kata-kata. Hanya jiwa yang telah mengalami rahmat seperti itu, sekurang-kurang sekali dalam hidupnya, yang akan mengetahuinya. Ketika aku kembali ke kamarku, aku merasa bahwa aku beralih dari kehidupan sejati kepada kematian. Ketika dokter datang untuk memeriksa denyut nadiku, ia sangat heran, 

“Suster, apa yang terjadi? Suster tidak pernah memiliki denyut nadi seperti ini! Aku ingin tahu mengapa denyut nadi Suster begitu cepat?” 

Apa yang dapat aku katakan kepadanya, kalau aku sendiri tidak tahu bahwa denyut nadiku begitu cepat. Aku hanya tahu bahwa aku sedang sekarat karena merindukan Allah, tetapi hal ini tidak kukatakan kepadanya karena bagaimana mungkin dalam hal ini obat dapat memberikan pertolongan? 

(971) 

19 Februari 1937. 

Kontak dengan orang yang menghadapi ajal. Mereka minta doa kepadaku, dan aku dapat berdoa karena Tuhan memberikan kepadaku roh doa yang luar biasa. Aku terus-menerus bersatu dengan Dia, dan aku sadar sepenuhnya bahwa aku hidup untuk membawa jiwa-jiwa kepada kerahiman-Mu, o Tuhan. Dalam hal ini, tidak ada pengurbanan yang tidak ada artinya. 

(972) 

Hari ini, dokter memutuskan bahwa aku harus tinggal di sanatorium sampai bulan April. Ini adalah kehendak Allah meskipun aku sesungguhnya ingin kembali berkumpul dengan para susterku. 

(973) 

Hari ini aku beri tahu mengenai kematian salah seorang suster kami, yang meninggal di Plock, tetapi ia mengunjungi aku bahkan sebelum mereka memberi tahu aku tentang kematiannya. 

(974) 

22 Februari 1937. 

Hari ini, di kapel kami dimulai suatu retret untuk para pegawai rumah sakit, tetapi siapa saja yang mau, boleh mengikutinya. Di situ ada konferensi satu kali dalam satu hari. Pastor Bonawentura berbicara selama satu jam penuh, dan ia berbicara langsung kepada jiwa-jiwa. Aku ambil bagian dalam retret ini karena aku sangat ingin mengenal Allah dengan lebih mendalam dan ingin mengasihi Dia dengan lebih mesra karena aku telah mengetahui bahwa semakin besar pengetahuanku, akan semakin kuat cintaku. 

(975) 

Hari ini aku mendengar kata-kata ini, 

“Berdoalah bagi jiwa-jiwa agar mereka tidak takut menghampiri Sidang Kerahiman-Ku ( Sakramen Pengakuan Dosa). Jangan jemu-jemu mendoakan orang-orang berdosa. Engkau tahu betapa jiwa-jiwa itu membebani Hati-Ku. Ringankanlah dukacita-Ku yang dahsyat ini; salurkanlah kerahiman-Ku.” 

(976) 

24 Februari 1937. 

Hari ini, dalam misa kudus, aku melihat Yesus yang sedang menghadapi ajal. Secara tidak kelihatan, penderitaan-penderitaan Tuhan menembus jiwa dan ragaku. Rasa nyerinya luar biasa meskipun berlangsung dalam waktu yang amat singkat. 

(977) 

Sementara melagukan Ratapan Prapaskah, aku sedemikian hanyut dalam sengsara Tuhan dan aku tidak dapat menahan air mataku. Aku ingin bersembunyi di suatu tempat untuk membenamkan diriku secara leluasa ke dalam dukacita yang mengalir dari renungan tentang Sengsara-Nya. 

(978) 

Ketika aku sedang berdoa untuk ujud Pastor Andrasz, aku tahu betapa imam ini sangat menyenangkan Allah. Sejak saat itu, aku memiliki rasa hormat yang bahkan semakin besar terhadapnya, sama seperti terhadap seorang santo. Hal ini telah memberikan sukacita yang besar kepadaku, dan karenanya dengan semangat berkobar-kobar aku bersyukur kepada Allah. 

(979) 

Hari ini, dalam Kebaktian kepada Sakramen Mahakudus, aku melihat Yesus, dan Ia menyampaikan kata-kata ini kepadaku, 

“Taatlah kepada pembimbing rohanimu dalam segala hal; yang ia katakan adalah kehendak-Ku. Yakinlah dalam lubuk hatimu bahwa Akulah yang berbicara lewat bibirnya, dan Aku ingin agar engkau membeberkan keadaan jiwamu kepadanya dengan kesederhanaan dan kejujuran yang sama seperti yang engkau miliki terhadap Aku. Aku ulangi lagi, Putri-Ku: ketahuilah bahwa yang ia katakan adalah kehendak-Ku bagimu.” 

(980) 

Hari ini, aku melihat Tuhan dalam keindahan yang luar biasa, dan Ia berkata kepadaku, 

“Hostiku yang terkasih, berdoalah bagi para imam, khususnya selama masa panen (masa Prapaskah, masa retret dan pengakuan dosa umat) ini. Hati-Ku senang akan dirimu, dan demi engkau, Aku akan memberkati bumi.” 

(981) 

Dua tahun sudah aku menjalani penderitaan batin dalam penyerahan kepada kehendak Allah dengan tujuan supaya aku mengenalnya dengan lebih baik. Aku tahu bahwa penderitaan batin selama dua tahun ini mendatangkan bagiku kemajuan yang lebih besar dalam kesempurnaan daripada sepuluh tahu terdahulu. Selama dua tahun ini, aku sudah berada di salib yang terpacang antara langit dan bumi. Maksudku, aku diikat oleh kaul ketaatan dan harus taat kepada superior seperti kepada Allah sendiri. Tetapi, di lain pihak, secara langsung Allah menyatakan kehendak-Nya kepadaku, dan dengan demikian siksaan batinku sedemikian besar sehingga tidak seorangpun akan dapat entah memahami entah membayangkan penderitaan-penderitaan rohani ini. Aku merasa bahwa akan lebih mudah menyerahkan hidupku daripada menderita terus-menerus selama satu jam dengan rasa sakit yang begitu nyeri. Aku bahkan tidak akan menulis banyak mengenai masalah ini sebab orang tidak dapat melukiskan seperti apa mengenal kehendak Allah secara langsung dan pada saat yang sama harus taat sempurna kepada kehendak ilahi sebagaimana diungkapkan secara tidak langsung lewat para superior. SYukur kepada Allah bahwa Ia telah memberi aku seorang pembimbing rohani; kalau tidak, aku tidak akan maju setapak pun. 

(982) 

Baru-baru ini, aku menerima sepucuk surat yang menyenangkan dari saudariku terkasih yang berusia tujuh belas tahun. Ia minta dan memohon kepadaku untuk membantu dia masuk biara. Ia siap melakukan pengurbanan apa pun bagi Allah. Dari suratnya, aku dapat mengatakan bahwa Tuhan sendiri sedang menintunnya, dan aku bersukacita atas kerahiman Allah yang begitu besar. 

(983) 

Hari ini, Keagungan Allah menyelimuti dan menerobos jiwaku sampai ke relung-relungnya. Keagungan Allah meliputi diriku dan membanjiri aku sehingga aku sepenuhnya tenggelam di dalam keagungan-Nya. Aku lebur dan menghilang sepenuhnya di dalam Dia seperti dalam sumber hidupku, seperti dalam kehidupan yang sempurna. 

(984) 

Yesusku, aku sungguh memahami bahwa kesempurnaanku tidak terletak pada kenyataan bahwa Engkau menyuruh aku melaksanakan karya-karya-Mu yang agung ini - oh tidak! - keagungan jiwa tidak terletak di sini, tetapi dalam kasih akan Dikau. O Yesus, dalam lubuk jiwaku, aku memahami bahwa keberhasilan yang paling besar tidak dapat dibandingkan dengan satu perbuatan kasih yang murni terhadap-Mu. AKu ingin setia kepada-Mu dan ingin melaksanakan permintaan-Mu. Aku sedang menggunakan kekuatan dan nalarku untuk melaksanakan semua yang Engkau minta dariku, o Tuhan, tetapi aku sama sekali tidak melekat pada hal ini. Aku melakukan semua itu hanya karena begitulah kehendak-Mu. Seluruh cintaku tenggelam, tidak dalam karya-karya-Mu, tetapi dalam Engkau sendiri, o Pencipta dan Tuhanku! 

(985) 

25 Februari 1937.  

Aku berdoa dengan khusyuk untuk memohon kematian yang membahagiakan bagi seorang yang sedang sangat menderita. Selama dua pekan, ia berada di antara hidup dan mati. Aku tergerak oleh belas kasih akan dia; maka aku berkata kepada Tuhan, 

“Yesus yang manis, kalau karya-karya yang sedang aku lakukan demi kemuliaan-Mu menyenangkan Engkau, sudilah mengambil dia kepada Diri-Mu sendiri dan biarlah ia beristirahat dalam kerahiman-Mu.” 

Aku menjadi yakin secara luar biasa; dan tidak lama kemudian, mereka datang memberitahukan kepadaku bahwa orang yang telah sangat menderita itu baru saja meninggal. 

(986) 

Aku melihat seorang imam tertentu sangat membutuhkan pertolongan; maka aku berdoa baginya sampai Yesus memandangnya dengan penuh belas kasih dan memberikan kekuatan-Nya kepadanya. 

(987) 

Hari ini, aku mengetahui bahwa seorang anggota keluargaku sedang melakukan pelanggaran berat terhadap Allah dan ia ada dalam bahaya kematian yang menyedihkan. Pengetahuan ini menyayat jiwaku dengan rasa sakit yang amat nyeri sehingga aku berpikir bahwa aku tidak akan mampu menanggung pelanggaran melawan Allah itu. Aku mohon ampun kepada Allah, tetapi aku melihat murka-Nya bernyala-nyala. 

(988) 

Ketika aku sedang mendoakan seorang imam, dan memohon kepada Allah agar menolong dia dalam masalah-masalah tertentu, tiba-tiba aku melihat Yesus yang tersalib. Mata-Nya terkatup, dan Ia tenggelam dalam siksaan. Aku menyembah kelima luka-Nya, masing-masing secara terpisah, dan minta berkat-Nya bagi imam itu. Yesus memberi tahu aku secara batin betapa Ia sangat mengasihi jiwa itu, dan aku merasakan bahwa rahmat sedang mengalir dari luka-luka Yesus ke atas jiwa yang, seperti Yesus, juga sedang terentang di kayu salib. 

(989) 

Ya Tuhanku dan Allahku, Engkau tahu bahwa hanya Engkaulah yang dikasihi oleh jiwaku. Jiwaku sepenuhnya terbenam di dalam Engkau, o Tuhan. Kalaupun aku tidak memenuhi satu pun dari hal-hal yang telah Engkau nyatakan kepadaku, o Tuhan, aku sungguh merasa damai karena aku telah melaksanakan apa yang dapat aku laksanakan. Aku sungguh-sungguh tahu, o Tuhan, bahwa Engkau tidak membutuhkan karya-karya kami; hanya kasih yang Engkau tuntut. 

(990) 

Kasih, kasih, dan sekali lagi, kasih akan Allah - tidak ada yang lebih besar daripada kasih, baik di surga maupun di bumi. Keagungan yang paling besar adalah mengasihi Allah; keagungan yang sejati ada dalam kasih akan Allah; kebijaksanaan yang sejati adalah mengasihi Allah. Semua yang besar dan indah ada di dalam Allah; tidak ada keindahan atau keagungan di luar Dia. Hai engkau, orang-orang bijak di dunia ini, dan hai engkau, orang-orang besar, ketahuilah bahwa keagungan sejati ada dalam kasih akan Allah! Oh, betapa aku heran bahwa sejumlah orang menipu dirinya sendiri dengan berkata, 

“Tidak ada kekekalan!” 

(991) 

26 Februari 1937. 

Hari ini, aku melihat bagaimana misteri-misteri kudus dirayakan tanpa busana liturgis dan di rumah-rumah pribadi karena badai yang sedang menerpa; aku melihat juga matahari keluar dari Sakramen Mahakudus, dan semua penerang yang lain padam, atau lebih tepat, menjadi pudar; dan semua orang memandang penerang [yang satu] ini. Tetapi pada saat ini, aku tidak memahami makna penglihatan ini. 

(992) 

Aku melangkah maju menapaki kehidupan di tengah pelangi dan badai, tetapi kepalaku menjulang tinggi memancarkan kebanggaan karena aku adalah seorang anak raja. Aku merasakan bahwa darah Yesus mengalir dalam nadi-nadiku, dan aku telah menaruh kepercayaanku pada kerahiman Tuhan yang agung. 

(993) 

Aku minta kepada Tuhan supaya seorang [perempuan] hari ini datang mengunjungi aku sehingga aku dapat berjumpa dengan dia sekali lagi, dan agar kedatangannya menjadi tanda bagiku bahwa ia dipanggil memasuki biara yang seturut kehendak Yesus harus kudirikan. Dan, oh mengagumkan, orang yang kumaksudkan itu datang, dan aku berusaha membinanya sedikit, secara rohani. Aku mulai menunjukkan kepadanya jalan penyangkalan diri dan pengurbanan dan ia terima dengan tulus ikhlas. Tetapi, aku menempatkan seluruh masalah ini dalam tangan Tuhan agar Ia dapat mengarahkan segala sesuatu seturut perkenan-Nya yang baik. 

(994) 

Hari ini, ketika aku mendengar madah 

“Selamat Malam, Kepala Kudus Yesusku” 

dari radio, rohku tiba-tiba tenggelam dalam Allah, dan kasih Ilahi membanjiri jiwaku; aku tinggal sejenak bersama Bapa surgawi. 

(995) 

Sungguh tidak mudah terus menerus hidup dalam sakratulmaut, dipaku di salib dalam wujud aneka ragam penderitaan; masih lagi, aku dibakar oleh nyala kasih yang berkobar-kobar, dan mengasihi Allah seperti Serafim meskipun aku hanya insan lemah. 

Oh, besarlah jiwa yang, di tengah penderitaan tetap setia kepada Allah dan melaksanakan kehendak-Nya, meskipun selalu gelisah di tengah pelangi dan badai dahsyat, karena kasih Allah yang murni memaniskan hidupnya. 

Bukanlah hal besar mengasihi Allah di saat sejahtera dan bersyukur kepada-Nya ketika segalanya berjalan baik; yang lebih besar adalah menyembah Dia di tengah penderitaan yang pedih dan mengasihi Dia demi Dia sendiri dan menaruh harapan hanya pada-Nya. Ketika jiwa berada dalam bayang-bayang Getsemani, semuanya terasa pahit dan pedih; ia naik tinggi ke tempat Yesus, dan meski selalu mereguk kepahitan, ia tidak sedih. 

Ketika jiwa melaksanakan kehendak Allah yang mahatinggi, juga di tengah penderitaan dan siksaan yang terus menerus, ia menjadi kuat, dan tidak ada suatu pun yang menakutkan dia karena ia sudah menempelkan bibirnya pada piala yang disodorkan. Msekipun disiksa, ia terus berkata: Terjadilah kehendak-Mu, dan dengan sabar ia menantikan saat ia akan diubah mulia, sebab meskipun berada dalam kegelapan yang paling pekat, ia mendengar suara Yesus: Engkau adalah milik-Ku, dan inilah yang akan aku saksikan sepenuhnya ketika selubung dibuka. 

(996) 

28 Februari 1937. 

Hari ini, aku merasakan Sengsara Yesus lebih lama, dan dengan demikian aku melihat banyak jiwa yang sedang membutuhkan doa. Aku merasakan diriku sepenuhnya diubah menjadi doa untuk mohon kerahiman Allah bagi setiap jiwa. 

O Yesusku, aku menerima Engkau ke dalam hatiku sebagai jaminan kerahiman bagi jiwa-jiwa. 

(997) 

Malam ini, ketika aku mendengar madah 

“Selamat Malam, Kepala Kudus Yesusku” 

dari radio, tiba-tiba rohku melesat ke pangkuan Allah yang misterius, dan aku tahu apa yang memberikan keagungan kepada suatu jiwa dan apa yang sungguh berarti bagi Allah: kasih, kasih, dan sekali lagi kasih. Aku tahu bagaimana semua yang ada dipenuhi dengan Allah, dan bagaimana kasih Allah seperti itu membanjiri jiwaku sehingga aku tidak mampu melukiskannya. Berbahagialah jiwa yang mengetahui bagaimana mengasihi tanpa syarat karena di sinilah letak keagungannya. 

(998) 

Hari ini, aku ambil bagian dalam suatu retret satu hari. Ketika aku menghadiri konferensi terakhir, imam sedang berbicara tentang betapa dunia sangat membutuhkan kerahiman Allah; ia juga mengatakan bahwa saat ini merupakan saat yang paling mendesak ketika manusia sangat membutuhkan doa dan kerahiman Allah. Kemudian aku mendengar suatu suara dalam jiwaku, 

“Kata-kata ini ditujukan kepadamu. Lakukanlah semua yang dapat engkau lakukan untuk karya kerahiman-Ku ini. Aku menginginkan agar kerahiman-Ku dihormati, dan Aku sedang memberikan kepada umat manusia harapan terakhir untuk selamat, yakni mengungsilah kepada kerahiman-Ku. Hati-Ku bersukacita akan pesta Kerahiman Ilahi ini.”

Sesudah kata-kata itu, aku tahu bahwa tidak ada suatu pun yang dapat membebaskan aku dari kewajiban yang dituntut Tuhan dariku. 

(999) 

Tadi malam, aku merasakan penderitaan yang begitu pedih sehingga aku berpikir bahwa inilah akhir hidupku. Para dokter tidak dapat mendiagnose penyakit apa yang kuderita. Aku merasa seolah-olah isi perutku sudah dicabik-cabik, tetapi sesudah penderitaan selama beberapa jam aku merasa kesehatanku membaik. Semua ini terjadi demi orang-orang berdosa. Biarlah kerahiman-Mu turun atas mereka, o Tuhan. 

(1000) 

Di padang gurun kehidupan yang mengerikan, o Yesusku yang teramat manis, lindungilah jiwa-jiwa dari bencana, karena Engkau adalah Sumber Kerahiman. 

Biarlah kemilau sinar-Mu, o Pemimpin jiwa kami yang manis, biarlah kerahiman-Mu mengubah dunia. Dan engkau, yang telah menerima rahmat ini, sembahlah Yesus.

Sungguh terjal jalan raya yang harus kutempuh! Tetapi aku tidak takut akan suatu pun, Sebab sumber murni kerahiman mengalir bagiku, dan, bersamanya, mengalir pula kekuatan bagi jiwa yang rendah hati. 

Aku kehabisan tenaga dan kelelahan, tetapi hati nuraniku memberikan kesaksian kepadaku bahwa aku melaksanakan segala sesuatu demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan, tempat istirahat dan warisanku.

 

[Akhir Buku Harian Jilid 2]

 

Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku

Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku (Audio)

Refleksi Harian Kerahiman Ilahi